Ketua Penyelenggara Cabang Bulutangkis PORKAB 2017 dok.pri |
Kalau
ditanya siapa orang yang saya sayangi, saya akan menjawab Ibu dan Bapak,
saudara kandung, suami dan anak-anak, serta keponakan-keponakan. Ibu dan Bapak
adalah dua orang yang mencintai, menyayangi dan mengasihi saya sejak saya lahir
hingga saat ini. Sudah sepantasnya saya melakukan hal yang sama, menyayangi
beliau dengan sepenuh hati.
Saudara-saudara
saya adalah orang-orang yang menyayangi dan mendukung saya. Mereka secara penuh
memperhatikan saya. Di antara bentuk perhatiannya adalah turut serta membiayai
pendidikan saya (ketika saya masih sekolah/kuliah) dan memperhatikan keadaan
anak-anak saya (sampai sekarang). Hubungan kami antar saudara memang sangat
erat. Tentu saja saya juga sangat menyayangi mereka. Saya tidak pernah
melupakan jasa saudara-saudara saya.
Yang
tidak terlewatkan begitu saja adalah anak-anak. Anak-anak adalah motivator
saya. Mereka banyak memberikan inspirasi untuk saya. Setelah berumah tangga dan
memiliki anak-anak, tentu saja ada suami yang wajib saya sayangi. Kali ini yang
akan saya tuliskan adalah suami adalah orang yang saya sayangi. Bukan berarti
saya menomorsatukan suami dan menomorduakan orang tua dan saudara saya.
00000
Ada cerita
unik ketika saya pertama kali bertemu dengan suami.
Aku Ingin Naik Haji Bersamamu
Aku
ingin naik haji bersamamu. Kata-kata itu aku dengar tahun 1995 beberapa hari
setelah kita saling mengenal. Baru beberapa hari. Aku menanggapi dengan santai,
Insya Allah. Eit, tapi mana mungkin? Impossible! Aku di Yogyakarta, kamu di
Karanganyar. Jawabmu, ada cara kita bisa naik haji bersama. Aku diam. Teman
kita yang lain, dari Blora juga bilang,”Mbak, aku ingin kita naik haji
bersama.” Oh, berarti kita usahakan tahun pemberangkatannya sama ya. Biarpun
kita beda kabupaten, beda provinsi.
00000
Dahulu,
saya tak begitu memedulikan kalimat Aku
Ingin Naik Haji Bersamamu. Kata seorang mahasiswa yang baru beberapa hari
saya kenal karena saya dan dia satu kelompok ketika melaaksanakan Kuliah Kerja
Nyata, di Sleman.
Saya
tersenyum menanggapinya. Ah, mana mungkin? Dia berasal dari Kabupaten
Karanganyar, sedangkan saya dari Yogyakarta. Misalnya bisa berangkat pada tahun
yang sama, tapi untuk bertemu di Tanah Suci tentu saja tidak mudah.
Tujuh
belas tahun kemudian. Saya mendengarkan laki-laki tersebut mengucapkan kalimat
yang sama,” Aku Ingin Naik Haji
Bersamamu.” Tahun 2012, uang yang ada di genggaman tangan hanya cukup untuk
mendaftar haji satu orang. Saya bilang kepada laki-laki tersebut,”Berangkatlah
lebih dahulu. Setelah sampai di Tanah Suci, panggil aku dan anak-anakmu.”
“Aku
ingin naik haji bersamamu, kita cari solusinya. Karena denganmu semuanya akan
mudah. Kita akan melakukan banyak hal bersama-sama di Tanah Suci.” Air mata
saya meleleh.
Ternyata
laki-laki itu tidak ingkar janji. Laki-laki yang saya kenal 17 tahun yang lalu
tetap ingin bersama saya pergi ke Tanah Suci. Siapakah laki-laki yang berani
mengucapkan kalimat Aku Ingin Naik Haji
Bersamamu?
Laki-laki
tersebut sebelum berkenalan dengan saya ternyata 5 tahun sebelumnya telah
memperhatikan saya (ah, jadi ge-er saya). Menurut pengakuannya, tahun 1990,
saya pergi ke kampus naik sepeda onthel. Ternyata dia juga naik sepeda onthel. (Saya
Jurusan Pendidikan Kimia dan laki-laki itu Jurusan Pendidikan Olahraga, di IKIP
N Yogyakarta). Dia hapal dengan rute yang saya tempuh. Tapi saya sama sekali
tak pernah tahu laki-laki tersebut. Nah, tahun 1995 saya mengambil mata kuliah
KKN. Laki-laki tersebut juga mengambil mata kuliah KKN. Bukan kebetulan,
rasanya Allah sudah mengatur semuanya. Saya dan laki-laki tersebut berada pada
kelompok kecil yang sama. Bisa ditebak ceritanya.
Setelah
melalui jalan yang berliku-liku, akhirnya kami bisa mendaftar haji bersama dan
ketika saya ditanya oleh petugas DEPAG tentang muhrim, laki-laki tersebut
menjawab,”Saya, suaminya.”
Terima
kasih, sudah kaupercaya melahirkan, merawat, membesarkan anak-anakmu. Tak
pernah saya sangka ternyata Insya Allah, Aku Akan Berangkat Haji Bersamamu.
00000
Jalan Santai Guru-Siswa Ultah Kabupaten dok.pri |
Rasanya
sudah banyak yang suami berikan untuk saya dan anak-anak. Selama ini kami
saling mendukung pekerjaan kami masing-masing. Suami sebagai guru olahraga,
tentu saja selain kegiatan mengajar, kegiatan olahraga di luar dinas tidak
sedikit. Saya sangat mendukung kegiatannya. Demikian juga suami sangat
mendukung kegiatan mengajar dan menulis saya (saya sebagai guru dan penulis).
Selama
ini saya sudah diberi fasilitas yang memadai, seperti laptop, kamera, dan
lain-lain. Sepertinya, saya belum pernah memberikan sesuatu yang selalu
dibutuhkan suami untuk menunjang kegiatan mengajar dan olahraga di luar dinas. Suami
terlibat aktif dalam kegiatan olahraga terutama cabang bulutangkis di luar jam
mengajar. Seperti aktif dalam kepanitiaan PORKAB (Pekan Olahraga Kabupaten),
POPDA (Pekan Olahraga Pelajar Daerah), O2SN (Olimpiade Olahraga Siswa
Nasional), Bupati Cup dan lain-lain.
Pembina PMR, Jumbara 2016 dok.pri |
Suami
aktif berolahraga bulutangkis dan tenis lapangan. Oleh karena kegiatan di luar
rumah (untuk olahraga) sangat padat, maka suami memerlukan peralatan olahraga
yang cukup memadai dengan kualitas yang baik. Saya pernah melihat nota
pembelian sepatu, raket bulutangkis dan raket tenis, wow….harganya tidak ada
yang murah.
Untuk keperluan olahraga, suami menggunakan
uang selain gaji. Biasanya kalau mendapatkan honor dari kepanitiaan olahraga
(baik di kecamatan maupun di kabupaten), suami hanya bilang ke saya,”Mi, aku
dapat rezeki.” Saya cukup sadar diri, itu bukan uang gaji, jadi saya tidak mau
rakus memintanya. Suami akan membelanjakan uang tersebut untuk membeli sepatu,
raket (bulutangkis atau tenis) dan lain-lain. Pernah suatu hari saya dan anak
saya menanyakan kepadanya, kalau suami ulang tahun kepingin hadiah apa. Jawabannya,”Nanti
Ayah beli sendiri saja.”
Mungkin
suami sadar, uang untuk membeli raket, sepatu, aksesoris dan lain-lain harganya
tidak murah. Mungkin suami saya merasa kasihan kalau saya dan anak saya harus
mengeluarkan uang yang banyak untuk membeli peralatan olahraga. Tapi benar lo,
saya ingin memberikan sesuatu yang spesial dan bermanfaat untuk mendukung
profesi suami.
Peralatan Olahraga Tak Murah dok.pri |
Nah,
tulisan ini sebenarnya bentuk dari cerita saya tentang suami yang saya ikut sertakan
dalam lomba ngeblog yang diselenggarakan oleh www.elevenia.co.id. Siapa tahu dapat masuk
nominasi, terus menang, terus dapat hadiah. Lumayan ‘kan kalau dapat hadiah,
bisa untuk membeli peralatan olahraga buat suami.
Karanganyar, 19 Maret 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar