Ketika
kami berdiskusi tentang mengedit naskah atau tulisan, ada 3 narasumber yang
ahli dalam bidangnya. Ketiga narasumber tersebut sudah tidak diragukan lagi
kemampuannya sebab mereka bekerja sesuai bidangnya, yaitu sebagai editor.
Adapun
ketiga narasumber tersebut adalah mbak Neng, mbak Misb, dan mbak Rien. Mbak
Neng dan mbak Misb, spesialis mengedit naskah Lembar Kerja Siswa (LKS) dan mbak
Rien spesialis mengedit naskah pada lomba dan naskah buku.
Setelah
diuraikan panjang lebar, sungguh saya menjadi melongo dibuatnya. Ternyata
pekerjaan editor “sangat kejam”. Akan tetapi kekejaman ini sebenarnya untuk
kebaikan penulis. Mengapa demikian? Sebab tulisan yang diedit besar-besaran
dengan cara yang “kejam” ini akan menghasilkan naskah akhir yang lebih baik.
Pesan
ketiga editor kepada kami, sebelum mengirimkan naskah ke penerbit atau media,
sebaiknya diedit terlebih dahulu. Tugas editor memang mengedit naskah tapi
jangan sampai merubah total naskah. Kami, anggota IIDN yang mengikuti kopdar
menjadi lebih paham. Tugas editor ternyata berat juga.
Kami
siap kecewa bila naskah atau tulisan kami dibantai habis-habisan. Oleh sebab
itu jangan terlalu percaya diri setelah tulisan kita selesai dibuat. Tulisan
yang kita anggap baik, belum tentu layak terbit atau layak tayang/dimuat di
media.
Pesan
mbak Neng adalah menulislah dengan mengikuti kaidah-kaidah yang telah
ditentukan. Pakailah EYD, buatlah kalimat dengan pola SPOK. Menurut saya,
menulis dengan pola SPOK sepertinya tulisan menjadi kaku. Lebih enak menulis dengan
bahasa tutur yang mudah dipahami. Asal menuliskan tanda baca sesuai EYD maka
tulisan akan memiliki makna.
Aktifitas
menulis sangat menyenangkan. Seandainya jam terbang penulis sudah tinggi,
kemungkinan kecil tulisannya banyak diedit sana-sini. Tapi ada kasus bahwa
seorang editot ditantang untuk membuat tulisan. Ternyata seorang editor juga
memiliki kesulitan untuk menulis. Buktinya, tulisan/naskah yang dibuat
mengundang reaksi editor lain untuk mengoreksi.
Akan
tetapi, seorang editor yang baik selalu berpesan kepada penulis-penulis. Pesannya
adalah: jangan hanya karena dikririk, karya dibantai, lalu down, trauma
berkepanjangan lalu tidak mau menulis lagi. Jadi penulis itu mesti tangguh. Setuju!
Untuk
penulis pemula, segera menulis. Usahakan menulis sesuai bidangnya. Menulis mengalir
begitu saja tidak perlu teori yang malah membuat kepala pusing. Kalau sudah
menulis lalu dibaca kembali selanjutnya diedit. Tulislah materi yang
ringan-ringan saja. Sebagai penulis pemula, tidak perlu menulis hal-hal yang
berat.
Kalau
kita menulis sesuai kata hati nurani, tentu saja tulisannya akan mengalir
begitu saja. Memang kadang mengawali suatu tulisan tidaklah mudah. Semua butuh
proses dan bisa dipelajari. Harapan kita tulisan kita mendekati sempurna dan
berkualitas. Amin.
Karanganyar,
12 April 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar