Bengkel Pemesinan di Jumantono dok.pri |
Kalau
ada orang yang bilang menjadi guru itu enak ya. Kerjaannya tidak berat, gajinya
dobel (maksudnya ada gaji dan tunjangan sertifikasi), kerjanya duduk manis.
Stop, jangan pernah bilang seperti itu, terutama kepada guru yang mengajar di SMK
(swasta pula).
Orang
yang pernah bilang seperti itu biasanya karena hanya melihat sisi enaknya saja.
Dan ketika melihat dengan mata yang sehat. Kalau seorang guru yang mengajar
sampai sore, pasti juga dibilang pasti dapat uang lembur.
Guru
SMK itu kerjanya tidak hanya di dalam kelas tapi juga di lapangan. Memang untuk
outing class itu asyik banget. Coba kalau di lapangan dalam rangka memjadi
pembimbing anak-anak PKL/PSG pasti banyak yang kesabarannya diuji.
Saya
mengajar di SMK jurusan Teknik Pemesinan, Teknik Kendaraan Ringan, dan
Multimedia. Kebetulan saya menjadi pembimbing siswa jurusan Teknik Pemesinan. Siswa-siswa
yang saya bimbing, menjalankan PSG di bengkel. Keempat siswa yang saya bombing,
bengkelnya berbeda. Ada tiga bengkel yang harus saya kunjungi. Dari ketiga
bengkel tersebut, lokasinya membentuk bangun segitiga. Alamak, tidak ada yang
satu jurusan alias tidak diblok. Belum lagi medannya berat.
Hanya
sabar kata kuncinya. Pernah suatu hari, saya melakukan monitoring di salah satu
bengkel yang letaknya di tengah sawah. Hujan lebat saat saya berada di
perjalanan. Saya hanya berdoa, ya Allah, jadikan ladang amal ibadah pekerjaan
saya ini. Meskipun memakai jas hujan, tetap saja basah. Waktu itu saya bertiga
dengan suami dan si kecil. Si kecil juga basah. Sabar…
Ada
yang membuat saya lega dan puas, karena siswa saya rajin, tidak membolos. Pekerjaan
siswa di bengkel kan hubungannya dengan material kotor, jadi saya juga santai
saja, tidak merasa ah nanti saya ikutan kena oli, gemuk lalu kotor. Kotor tinggal
cuci tangan. Gitu aja nggak repot kan?
Dengan
lokasi bengkel membentuk bangun segitiga inilah dalam sehari kadang tidak bisa
selesai memonitoring. Saya masih beruntung, keempat siswa saya tidak ada yang
suka membolos. Saya membandingkan dengan siswa bimbingan teman guru. Ada yang tidak
masuk tanpa keterangan, ada yang datangnya siang, ada yang tidak giat melakukan
pekerjaan dan lain-lain.
Terhadap
siswa, saya memang berlaku keras dan tegas. Saya tidak mau siswa-siswa saya
bermasalah di bengkel tempat PSG. Karena kalau siswa bermasalah, tahun depan
adik kelasnya mengalami kesulitan bila minta izin untuk PSG di tempat yang
sama.
Sebelum
siswa menjalankan PSG, biasanya diberi pembekalan dari sekolah. Saya selalu
memberikan penekanan lagi, agar siswa tidak melaksanakan PSG sak kepenake dewe.
Oleh sebab itu, dalam kondisi apapun, siswa akan memberi tahu saya selama
kegiatan PSG berlangsung dan bila mengalami kesulitan/masalah.
Jadi,
guru SMK itu kerjanya tidak hanya duduk manis saja.
Karanganyar,
3 April 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar