Maharani
tersenyum membaca chat teman-teman tentang susah payahnya mendapatkan Surat
Izin Mengemudi (SIM).
@Yur
Merindukan
SIM yang belum jadi. Gak lolos2 ujian praktek, lalu jatuh, ujian lagi, lalu
ngidam, ujian ditinggal. Tapi kalau peserta lain yang sebulan lebih itu diajak
ke belakang mobil lalu pergi (nahhh!). aku kok gak ya malah disuruh kir lagi,
ujian lagi.
@Nof
Aku dulu
SIM C nilai ujian tertulisnya mepet banget. Kalau ujian prakteknya pertama gak
lulus gara2 nabrak pembatas kerucut itu. Sama pak polisinya aku disuruh besok
ujian lagi. Tapi aku gak mau. taktunggu pak polisinya sampai semua peserta
sudah pulang. Terus saya bantu pak polisi angkat-angkat peralatan tes sambil
ngerayu minta dites ulang saat itu juga. Alhamdulillah, lolos.
@Neng
Ngantar
anak lanang ujian praktek sampai tiga kali. Yang kedua kali aku nyoba ngajak
kong kalingkong nembak saja, polisinya nggak mau. disuruh manut prosedur.
Ngantar
anak wedok, sekali ujian praktek lulus, la kok aku dibisiki sama loketnya,
biaya langsung ke kaur simnya. Biaya seperti aku nembak, gak sesuai tariff yang
dipasang (wkwkwk)
@Rani
Beruntungnya
saya. Sekitar 7 tahun yang lalu tanpa basa basi, suami bertemu seorang teman. Bisik-bisik,
kir dokter juga Cuma ditanya berat badan dan tinggi badan. Besok paginya
disuruh ke ruang ujian tulis. Ngisi data, dipanggil langsung foto. Kelar deh!
Tapi
saya ditertawakan teman sekantor. Haha, bu Rani ki ora iso numpak pit kok duwe
SIM. Jawab saya: kalau ada razia yang ditanyakan SIM-nya, bukan bisa naik motor
atau tidak. Waktu itu bayar 250 ribu, untuk lima tahun. Berarti setahun 50
ribu. Jadi sebulan tidak sampai 5 ribu, murah bukan?
Waktu
perpanjangan kan nggak mahal. Enaknya hidup saya, tapi gak berani jarak jauh. Maklum
numpak sepeda mung nggo genep-genep biar tidak tergantung sama suami.
Bagi
yang nembak membuat SIM sepertinya enggak berdosa deh. Coba dipikir, enggak ada
pelajaran mengendari motor/mobil, tidak ada latihan tes tertulis, tidak tahu
kisi-kisi soal, tau-tau disuruh tes. Yang namanya tes itu kalau sudah menerima
materi pelajaran. Materinya adalah Lalu Lintas.
Kalau
punya SIM sambil belajar naik motor atau nyopir mobil kan pas pas saja. Yang penting
usianya sudah 17 tahun. Barulah kalau melakukan pelanggaran polisi bisa memberi
surat tilang. #membela diri
Nyopir
itu kalau sudah kulina ya bisa. Kalau nggak kulina (terbiasa) ya nggak bisa. Biar
bisa ya sering nyopir, biar nggak ketilang, ya punya SIM #eh ngeyel.
00000
Usul
untuk penguji praktek pembuatan SIM:
Mbok
ya ada sekolah non formal kejar paket jurusan lalu lintas. Di situ diberi
pelajaran tentang lalu lintas. Materinya dikelompokkan dalam beberapa bab. Satu
bab bisa dipelajari lalu diujikan. Seperti anak sekolah formal itu lo. Ada pelajaran
lantas tes. Tesnya bisa open book, hehe. Boleh njaplak atau mencontek.
Kalau
seperti itu pasti meminimalkan gagal ujian tertulis. Setelah itu pelajaran
mengendarai motor model sekolah akselerasi. Semakin cepat materi dikuasai maka
ujian praktek bisa segera dilaksanakan. Ujian prakteknya jangan ada zig-zag
atau berjalan jalur angka delapan. Kalau di jalan raya, mengendarai kendaraan
dengan berjalan zig-zag itu berbahaya.
Ujian
prakteknya cukup lewat jalan raya bareng-bareng. Karena kita biasa lewat jalan
raya. Kalau kebetulan ada rintangan lalu kita harus jalan berkelok-kelok, ya
pasti kita pelan-pelan dan berhitung secara cermat. Ujian yang ribet membuat
grogi dan deg-degan.
Seandainya
ada sekolah non formal kejar paket jurusan lalu lintas, pasti banyak yang ikut.
Apalagi sekolahnya secara online hehe.
Karanganyar,
14 April 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar