Hari
Jumat, 23 Juni 2017 malam, Faiq yang sudah duluan mudik di rumah Ibu dan Bapak
tiba-tiba mengirimkan foto sepiring ketupat, opor dan sambal goreng. Masih hari
Jumat, kok sudah ada opor ayam dan sambal goreng, makan-makan acara apa itu?
Kata anak saya,”Nggak tahu, Ma. Pokoknya simbah putri masak itu.” Saya tak perlu bertanya lebih jauh lagi. Toh
hari Sabtu saya mau mudik, tanyanya besok saja kalau sudah sampai rumah Ibu dan
Bapak.
Malam
takbiran, biasanya opor ayam dan sambal goreng masih fresh ngejreng, tapi kali
ini tidak. Opor ayam dan sambal goreng sudah mengalami penghangatan dua kali.
Bahkan untuk ketupat juga sudah basi karena tidak disimpan di dalam kulkas.
Ternyata
oh ternyata, begini kisahnya:
Seperti
yang sudah pernah saya ceritakan sebelumnya, Ibu sekarang daya ingatnya
berkurang. Bahkan Ibu juga tidak bisa mengingat-ingat hari dan tanggal.
Pagi-pagi, Ibu berbelanja di pasar diantar Bapak. (Yang saya herankan, Bapak
kok ya tidak mengingatkan Ibu. Padahal Bapak tahu kalau lebaran masih 2 hari
lagi) Ibu berbelanja bermacam-macam bumbu, telur, daging ayam, krecek dan
lain-lain. Ketika Ibu sudah mengumpulkan belanjaan jadi satu, Ibu belanja bumbu
lagi (lupa padahal barang tersebut sudah dibeli beberapa menit sebelumnya).
Jadilah, bumbu dapur berlimpah dalam plastik bawaan.
Begitu
mulai meracik bumbu, barulah Ibu diberi tahu kalau lebaran masih dua hari lagi,
bukan besok. Karena sudah terlanjur dibeli, ya sudah akhirnya dimasak. Jadilah,
santap opor dan sambal goreng sebelum lebaran. Namanya juga pelupa,
ya……diterima saja. Saat lebaran, opor dan sambal goreng sudah melalui proses
penghangatan berulang-ulang.
Nah
ini ada kejadian tak terduga. Ibu menawari adik saya dan keluarga kecilnya
untuk makan siang. Adik saya langsung bilang ke Ibu sayurnya tidak usah
dipanaskan. Entah mengapa beberapa saat kemudian aroma gosong tercium. Mungkin,
Ibu ingin memberikan yang terbaik untuk anak cucunya. Maksud Ibu dengan sayur
dipanaskan nanti akan menggunggah selera saat menyantap nasi dan sayurnya. Tapi
Ibu lupa, benar-benar lupa (dan kami tetap memakluminya), setelah menghidupkan
kompor beliau kemudian merebahkan badannya. Perasaan Ibu rebahannya hanya
sebentar, tapi cukup menggosongkan sambal goreng. Tidak ada yang marah, semua
menerima apa adanya. Ya, mau bagaimana lagi?
Bapak
dengan sabar bilang,”Ibu sudah diingatkan jangan menghidupkan kompor. Biarlah
yang memanasi sayur Bapak saja.”
Ibu
hanya tersenyum.
00000
Hari
Selasa, kakak saya yang tinggal di Blora datang. Ibu siap-siap memasak sambal
goreng lagi padahal anak-anak Ibu yang lain bersiap ke pantai. Itu artinya kami
tidak makan siang di rumah. Ketika Ibu dilarang memasak lagi, beliau
bilang,”yang mau pergi, pergi saja. Aku mau masak, kalau aku tidak masak nanti
tidak ada lauk.” Semua diam. Ya sudah, pasti Ibu masaknya juga banyak.
Lebaran
dan Ibu,
Mungkin
karena kebiasaan Ibu sejak dahulu selalu menyiapkan makanan istimewa saat
lebaran untuk anak-anaknya. Ibu terbiasa
melakukan semua sendiri. Kami, anak-anaknya hanya membantu seperlunya saja.
Tapi sekarang kondisinya berbeda dengan dahulu.
Bagi
kami, Ibu adalah orang yang harus dimuliakan. Ibu tak perlu bersusah payah lagi
menyiapkan makanan saat lebaran. Kami merasa bisa mengurus diri kami. Kami bisa
saling membantu satu sama lain untuk menyiapkan makanan dan semuanya.
Sebenarnya kami tak ingin merepotkan Ibu. Kami cukup tahu diri. Tapi menurut
saya, Ibu hanya menjalankan kebiasaan yang telah berjalan puluhan tahun. Ibu
ingin anaknya bisa makan bareng dengan penuh suka cita.
Tentang
Lebaran dan Ibu, sebenarnya banyak yang akan saya ceritakan. Waktu saya tiba di
rumah Ibu yang lalu, saya bertanya (ngetes Ibu),”Hayo, saya siapa?” Jawab
Ibu,”Kamu, ya Ima.” Saya kejar lagi dengan pertanyaan berikutnya,”Ima anak
nomor berapa?” Ibu tersenyum,”Pira ya.” Saya membantu menyebutkan urutan nama
anak-anak. Sambil tersenyum beliau bilang,”Kamu nomor empat.” Tidak berhenti
sampai di situ, saya bertanya lagi,”Anak nomor lima siapa hayoooo.” Jawab
Ibu,”Ovi.” Saya meluruskan,”Nomor lima Lely, nomor enam Ovi.” Ibu tersenyum.
Sehat
selalu ya Buk, maaf kemarin uang bulanannya lupa belum saya serahkan.
Karanganyar,
2 Juli 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar