Selama
dua hari, saya memiliki tugas untuk mengantar dan menjemput si kecil. Padahal pada
hari-hari biasa, tugas saya hanya menjemput saja. Yang mengantar si kecil ke
sekolah adalah Ayah. Namanya juga berbagi tugas. Selama 3 hari, Minggu –
Selasa, suami mengikuti diklat ke Semarang.
Hari
Senin dan Selasa pagi hari saya mengantar si kecil ke sekolah. Saya bersyukur
karena tidak ada jurus rewel. Setelah mengantar si kecil, saya langsung menuju
sekolah tempat saya mengajar.
Ketika
waktunya si kecil pulang sekolah, waktu saya memang luang sehingga bisa
menjemput si kecil. Sengaja saya minta pada teman saya bagian kurikulum, untuk
mengatur supaya saya bisa menjemput anak tanpa meninggalkan tugas saya
mengajar.
Pukul
setengah sebelas, jadwal si kecil keluar dari kelas. Namun, kadang-kadang tidak
tepat waktu. Ada kalanya lebih dari pukul setengah sebelas, si kecil belum
pulang. Saya sabar menunggu daripada terlambat sampai di sekolah si kecil. Kalau si kecil keluar
duluan, dan saya belum sampai sekolah, biasanya si kecil diajak teman suami ke
sekolah suami. Teman suami juga menjemput anaknya. Sebelum pulang,
teman suami membelikan jajanan terlebih dahulu. Nah, di sini saya tidak enak
hati. Kalau saya yang menjemput, si kecil tidak neko-neko minta macam-macam. Paling-paling
saya belikan bola-bola telur atau martabak manis.
Begitu
si kecil keluar dari pintu gerbang dan menghambur pada saya, si kecil bertanya,”Mami
sudah lama menunggu?”
Biarpun
sudah lama menunggu, saya akan menjawab,”tidak terlalu lama.”
Si kecil
tahu kalau saya berbohong sebab jok sepeda motornya panas sekali. Hehe.
Si kecil
langsung saya antar ke Taman Penitipan Anak (TPA). Di TPA, si kecil sudah
merasa seperti di rumah sendiri. Akhirnya saya kembali ke sekolah. Setelah selesai
mengajar, saya atau suami menjemput si kecil.
Mengantar
dan menjemput anak sekolah merupakan kegiatan yang sangat menyenangkan. Ternyata
tidak semua orang tua bisa melakukan hal itu. Banyak dari orang tua yang merasa
kehilangan moment berharga ini. Saya dan suami tidak menyia-nyiakan kegiatan
kecil ini.
Waktu
mengantar dan menjemput anak sekolah ternyata sangat diharapkan dan dinantikan
anak. Ketika saya terlambat menjemput, si kecil merasa gelisah. Ketika saya
sudah datang, si kecil merasa bahagia dan bercerita dengan manja.
Di rumah,
si kecil akan bercerita pengalaman berharganya selama di sekolah dan di TPA. Bahagianya
si kecil sangat sederhana, ketika dia bisa dekat dengan orang tuanya.
Karanganyar,
29 Agustus 2017
By
Kahfi Noer
Tidak ada komentar:
Posting Komentar