Bisnis Wader Ngrowo Dok. Noer's Dynasty |
Kalau
mau menjadi penulis, langkah yang paling tepat adalah segera menulis dan tidak
menunda-nunda waktu. Lakukan sekarang juga. Tulislah yang kita kuasai saja. Jangan
sampai kita menulis hal-hal yang tidak kita kuasai. Atau tulis saja sesuatu yang
menyenangkan. Tujuannya adalah agar kita gampang untuk menuliskannya.
Kalau
kita tidak segera menulis (praktek menulis), atau kita asyik membaca teori
menulis yang baik, kita malah akan bingung mau menulis apa. Kita akan meragukan
tulisan kita, padahal belum juga memulai menulis. Yuk, sekarang mulai menulis!
Sama
seperti halnya menulis, berbisnis itu juga mulai sekarang harus dicoba. Tidak usah
banyak Tanya, bagaimana dengan ini dan itu? Kalau sudah ada gambaran akan
berbisnis apa, maka segera wujudkan. Jangan menunda-nunda dan banyak
alasan/pertimbangan sehingga gagal untuk memulai berbisnis. Kalau kita masih
buta sama sekali tentang bisnis, maka jalan yang terbaik adalah bertanya pada
ahlinya. Yang dimaksud ahli di sini adalah mereka yang sudah berpengalaman.
Yang
penting kita memiliki keyakinan dan percaya
bahwa semua yang kita lakukan dengan niat baik akan berjalan dengan baik. Kalau
kita sudah bertanya pada orang yang berpengalaman tetapi tetap masih ragu untuk
memulai, ya kapan berhasilnya? Memulai saja belum, apalagi mau melihat
hasilnya.
Kemarin
sore, saya berkunjung ke rumah teman lama. Kebetulan tetangga depan rumah teman
saya adalah pedagang bakso bakar. Kata teman saya, sore itu baru pertama kali
buka. Dalam waktu sekejab, bakso yang sudah ditusuk tersebut ludes. Pembelinya adalah
para tetangga. Belum sempat keliling menjajakan dagangannya, dagangan sudah
habis.
Memang,
bakso bakar tetangga teman saya rasanya belum memenuhi standar. Maksud saya
tidak seperti bakso bakar pada umumnya yang pernah saya coba. Maklum saja, ini
kan baru pertama kali jualan. Keberaniannya mencoba berbisnis inilah yang patut
kita acungi jempol. Tidak semua orang berani mencoba berbisnis karena takut
gagal.
Saya
juga pernah berani mencoba membuat telur asin dan memasarkannya bersama suami. Ada
respon positif dari pelanggan. Usaha tersebut saya hentikan karena saat itu
saya harus fokus ke bidang pertanian. Di bidang pertanian, saya konsentrasi
pada mentimun, kangkung, kacang panjang dan Lombok.
Oleh
karena kesibukan mengurus 2 anak dan masih tetap mengajar, saya tidak lagi
meneruskan usaha di bidang pertanian. Sebenarnya usaha pertanian ini sangat
menguntungkan. Bahkan untuk lahan sempit, usaha ini bisa disiasati dengan system
hidroponik dan menanam sayuran dalam pot. Saya berani mengatakan ini karena
pernah mencoba menanam sayuran dalam pot. Oleh karena tanamannya baik, oleh tetangga
tanaman dalam pot tersebut dibeli.
Apakah
saya tidak takut gagal? Dalam berbisnis, kegagalan itu sudah satu paket dengan
keberhasilan. Berani berbisnis, berani berhasil dan berani menaggung resiko
kegagalan.
Cerita
berbisnis bagi saya tidak afdol kalau tidak menyebut nama adik saya, Aufi. Aufi
dan suaminya, sebenarnya sudah beberapa kali mencoba berbisnis dan
menguntungkan. Memang dalam perjalanan usahanya ada kendala sehingga harus
beralih ke usaha lain.
Aufi,
salah satu adik memiliki bakat berdagang. Setahu saya, apa yang dihasilkan dari
usahanya dan dijual, selalu laku. Aufi termasuk orang yang pantang menyerah. Apakah
usahanya sangat menggiurkan keuntungannya? Bisa saya katakana sebagian besar
menggiurkan, tapi tidak semuanya.
Contoh
yang tidak menggiurkan adalah telur asin. Aufi mengambil telur asin dari
temannya. Setiap butir telur hanya untung dua ratus rupiah. Akan tetapi Aufi
tetap tekun. Toh, dia tidak perlu ke mana-mana. Temannya datang membawakan
telur asin ke kantornya saat jam istirahat. Setelah temannya pergi, pelanggan
yang nota bene temannya sendiri di kantor akan mengambil telur asin pesanannya.
Lumayan, tidak usah ke mana-mana, rezeki datang dengan sendirinya.
Belum
lama ini kakaknya Aufi, adik saya yang lain, namanya Lely mendapat oleh-oleh
khas Semarang. Wader Ngrowo, krispi, renyah dan mecing sekali. Lagi-lagi Aufi
tertarik untuk menawarkan ke teman-teman kantor. Hasilnya luar biasa. Satu bungkus
Wader Ngrowo kemasan 100 gram, keuntungannya lumayan menjanjikan. Ternyata,
laris manis.
Bisa
saja Aufi memesan/kulakan sendiri via telepon. Akan tetapi, Aufi memilih
menjualkan dagangan milik kakaknya. Lo, kok nggak cari barang sendiri. Kan tinggal
pesan, barang datang, lalu dijual, untungnya kan lebih banyak. .
Bagi
Aufi, rezeki sudah ada yang mengatur. Bagi-bagi rezeki dengan saudara, tidak
ada salahnya. Bukan hanya Aufi, saya juga menjualkan Wader Ngrowo tersebut. Hanya
saja, saya tidak menekuni usaha jualan/bisnis seperti Aufi. Tetap saja saya konsentrasi
ke nulis, bukan ke jualan. Ternyata kami memang beda dan memang unik.
Yang
penting berani mencoba. Kalau masih banyak pertimbangan, belum juga mencoba,
kapan berhasilnya? Berbisnis itu perlu action, bukan sekadar teori seperti di
buku yang dibaca/tertulis rapi. Selamat memulai berbisnis, Action Now!
Karanganyar,
12 Agustus 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar