Alhamdulillah,
Senin, 2 Oktober 2017 akhirnya nembus SOLOPOS lagi, horeeee
Cerita
ini adalah kisah nyata. Ide cerita dari putrane sing bagus dhewe, Faiz Ahsan. Karena
dia memang anak yang sangat istimewa, jadilah Ibu cantik ini harus maklum
semaklum-maklumnya. Akan saya tuliskan versi naskah asli dan naskah tayang
versi SOLOPOS.
Dalam
penulisan cerita humor ini, sebetulnya saya sudah konsisten, tetapi dari
redaksi diubah jadi agak rancu (Koplo, ditulis anak tunggal tapi pada kalimat
lain ditulis Genduk Nicole adalah anak mbarep)
NASKAH ASLI
BERAS PULEN
Oleh
: Noer Ima Kaltsum
Suami
Cempluk selama 3 hari akan mengikuti diklat di Semarang. Oleh karena Koplo
lengket dengan Bapaknya, maka Cempluk menyuruh suaminya untuk segera berangkat.
Tidak perlu pamit Koplo secara langsung.
“Mumpung
Koplo bermain di luar, sampeyan
segera berangkat saja, Pakne. Kalau dia dipamiti bakal nangis kejer-kejer.”
Ladalah,
suami Cempluk dengan sengaja menyuruh pulang Koplo dan pamit. Kontan saja Koplo
mengamuk. Kaki Bapaknya dipegang kuat-kuat. Cempluk berusaha untuk melepaskan
tangan Koplo dari kaki Bapaknya. Sip, berhasil lepas.
Tidak
bisa lagi memegang kaki Bapaknya, Koplo memegang lalu menarik rak plastik
sepatu. Semua sepatu berantakan. Sasaran berikutnya adalah rak plastik isi
barang-barang.
“Pak,
ndang berangkat. Anaknya semakin
menjadi.”
Dengan
ragu-ragu, suami Cempluk meninggalkan rumah. Cempluk dan Nicole menenangkan Koplo.
Ibu dan anak tersebut berusaha agar Koplo tidak menangis lagi. Butuh waktu yang
lama agar Koplo melupakan kepergian Bapaknya.
Setelah
tenang, Koplo minta mandi. Akhirnya, Koplo sudah asyik dengan dunianya, yaitu
bermain.. Cempluk menyetrika pakaian di samping rumah. Lama-kelamaan, Cempluk
curiga karena Koplo tidak bersuara sama sekali.
“Koplo,
kamu lagi ngapain?”
Tidak
ada jawaban. Sampai 3 kali panggilan dan pertanyaan Cempluk, tetap tidak ada
jawaban. Cempluk tidak menemukan Koplo di kamar. Cempluk menuju dapur. Betapa
lemasnya Cempluk, melihat kenyataan bahwa beras pulen dalam panci besar
dicampur pakan ayam.
“Koplo,
kok berasnya dicampur pakan ayam?”
“Biasanya
Bapak juga mencampur beras dengan pakan ayam, kalau mau makani ayam.”
“Tapi
bukan beras yang disimpan di panci. Untuk pakan ayam, berasnya disimpan di
dalam karung pakan ikan.”
Tanpa
merasa berdosa, Koplo terus mencampuri beras pulen dengan pakan. Cempluk hanya
bisa melongo. Percuma saja kalau dia
marah, toh beras juga sudah tak mungkin untuk dimasak. Padahal beras
pulen tersebut untuk persediaan Iduladha yang akan datang. (SELESAI)
00000
NASKAH TAYANG VERSI SOLOPOS
BERAS PAKAN AYAM
Tom Gembus
akan mengikuti diklat selama 3 hari di Semarang. Oleh karena Jon Koplo, anak
tunggalnya, lengket dengan Bapaknya, maka Lady Cempluk menyuruh suaminya untuk
segera berangkat. Tidak perlu pamit Koplo secara langsung.
Namun
Gembus tidak tega, dengan sengaja menyuruh pulang Koplo dan berpamitan. Kontan
saja Koplo ngamuk. Kaki Bapaknya dipegang kuat-kuat sambil nangis gidro-gidro
“Pak, ndang
berangkat. Koplo nangisnya semakin menjadi-jadi,”seru Cempluk
Dengan
ragu-ragu, Tom Gembus meninggalkan rumah.
Cempluk dan Gendhuk Nicole, anak mbarepnya, menenangkan Koplo. Ibu dan anak
tersebut berusaha agar Koplo tidak menangis lagi. Butuh waktu yang lama agar Koplo
melupakan kepergian Bapaknya.
Setelah
tenang, Koplo minta dimandikan. Akhirnya, Koplo sudah asyik dengan dunianya,
yaitu bermain.. Cempluk menyetrika pakaian di samping rumah. Lama-kelamaan,
Cempluk curiga karena Koplo tidak bersuara sama sekali.
“Koplo,
kamu lagi ngapain?”
Tidak
ada jawaban. Sampai 3 kali panggilan dan pertanyaan Cempluk, tetap tidak ada
jawaban. Cempluk tidak menemukan Koplo di kamar. Cempluk menuju dapur. Betapa
lemasnya Cempluk, melihat kenyataan bahwa beras pulen dalam panci besar
dicampur pakan ayam.
“Koplo,
kok berasnya dicampur pakan ayam?”
“Biasanya
Bapak juga mencampur beras dengan pakan ayam, kalau mau makani ayam.”
“Tapi
bukan beras yang disimpan di panci. Untuk pakan ayam, berasnya disimpan di
dalam karung.”
Tanpa
merasa berdosa, Koplo terus mencampuri beras pulen dengan pakan. Cempluk hanya
bisa melongo. Percuma saja kalau dia
marah, toh beras juga sudah tak mungkin untuk dimasak. Padahal beras
pulen tersebut untuk persediaan dimakan sendiri. (SELESAI)
00000
Tidak ada komentar:
Posting Komentar