Karena kebiasaan di rumah ada "ora ketang"
Suatu saat, saya bilang pada suami kalau gergaji yang kami miliki terbaqa tukang yang bekerja di rumah kami. Oleh karena suami mengenalnya, saya minta pada suami mengambilkan gergaji tersebut.
Bagi saya, meskipun jarang memakai gergaji, kalau tidak punya gergaji ora ketang elek rasanya gimana gitu. Sekali dua kali, permintaan saya tidak dipenuhi. Akhirnya, saya harus bertindak. Saya pergi ke Pasar Jungke untuk membeli gergaji. Pedagangnya tersenyum, "di rumahnapa ndak ada suami ta mbak, beli gergaji kok mangkat dewe?"
Suatu saat, saya bilang pada suami kalau gergaji yang kami miliki terbaqa tukang yang bekerja di rumah kami. Oleh karena suami mengenalnya, saya minta pada suami mengambilkan gergaji tersebut.
Bagi saya, meskipun jarang memakai gergaji, kalau tidak punya gergaji ora ketang elek rasanya gimana gitu. Sekali dua kali, permintaan saya tidak dipenuhi. Akhirnya, saya harus bertindak. Saya pergi ke Pasar Jungke untuk membeli gergaji. Pedagangnya tersenyum, "di rumahnapa ndak ada suami ta mbak, beli gergaji kok mangkat dewe?"
"Suami nembe repot :)."
Sampai di rumah, gergaji langaung dimanfaatkan suami untuk membuat pagar. Ealahhhh, jebul ya kanggo.
Pernah, saya harus membeli obeng, tang, cathut, pada pedagang keliling yang mampir di sekolah. Demi apa, hayo? Demi memenuhi minimal benda yang harus dimiliki oleh keluarga kecil. Kok sampai segitu? Ya jelaslahhhh. Bapak saya tukang. Alatnya komplit, mau butuh apa tinggal ambil.
Paling nggak ya punya alat sing sederhana. Kalau ndak punya pemotong keramik, tidak masalah. Gitu saja.
Sebagai guru, minimal harus punya perangkat pembelajaran, punya laptop (ora ketang mung iso nggo nulis thok).
Sebagai penulis, ya paling tidak punya KBBI, punya kamera ora ketang kamera hp. Lebih baik lagi kalau punya tempat kerja khusus biar ketika nulis tidak ada yang mengganggu.
Itulah "ora ketang" yang harus saya miliki.
Ora ketang = minimal (menurut kamus saya)
#kahfinoer
Yogyakarta, 29 Desember 2017
Sampai di rumah, gergaji langaung dimanfaatkan suami untuk membuat pagar. Ealahhhh, jebul ya kanggo.
Pernah, saya harus membeli obeng, tang, cathut, pada pedagang keliling yang mampir di sekolah. Demi apa, hayo? Demi memenuhi minimal benda yang harus dimiliki oleh keluarga kecil. Kok sampai segitu? Ya jelaslahhhh. Bapak saya tukang. Alatnya komplit, mau butuh apa tinggal ambil.
Paling nggak ya punya alat sing sederhana. Kalau ndak punya pemotong keramik, tidak masalah. Gitu saja.
Sebagai guru, minimal harus punya perangkat pembelajaran, punya laptop (ora ketang mung iso nggo nulis thok).
Sebagai penulis, ya paling tidak punya KBBI, punya kamera ora ketang kamera hp. Lebih baik lagi kalau punya tempat kerja khusus biar ketika nulis tidak ada yang mengganggu.
Itulah "ora ketang" yang harus saya miliki.
Ora ketang = minimal (menurut kamus saya)
#kahfinoer
Yogyakarta, 29 Desember 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar