Hari Ahad, saya dan teman-teman pergi
bersilaturahmi. Saya menuju rumah teman (pemilik mobil). Sampai di rumah teman,
saya lihat ban depan sepeda motor kempes. Oleh karena perkiraan saya nanti
pulangnya awal, saya tidak begitu mencemaskannya.
Dugaan saya keliru. Ternyata siang
sampai sore, selama perjalanan pulang, turun hujan deras. Saya tidak mengambil
sepeda dan menambalkan ban. Saya diantar
pulang ke rumah oleh pemilik mobil. Sepeda motor saya titipkan di rumah teman
saya.
Hari Senin keesokan harinya, saya ke
kantor diantar suami. Dengan demikian, pulangnya dijemput suami. Sebenarnya, pagi-pagi
saya sudah berpesan pada suami untuk memompakan sepeda onthel atau kereta
angin. Bagi saya, daripada tergantung suami (diantar dan dijemput) lebih baik
gowes saja. Suami memaksa agar saya mau diantar.
Pulang sekolah saya dijemput suami
dan diantar mengambil motor. Ban roda depan kempes. Ban yang kempes dipompa. Suami
pergi untuk menambalkan ban. Sebentar kemudian sudah kembali ke rumah teman
saya. Ternyata bannya hanya kurang angin, bukan bocor. .
Sehari ini diantar jemput oleh suami,
rasanya seperti lima belas tahun yang lalu. Dulu saya diantar jemput suami
karena tidak punya kendaraan yang lain. Lalu saya memutuskan untuk naik sepeda
onthel atau gowes sampai sekolah.
Kini setelah ada sepeda motor yang
lain, saya bisa mandiri, tidak tergantung suami. Saya bebas datang dan pulang (sekolah).
Saya bisa menjemput anak saya dan bisa bepergian sendiri (asal tidak jauh).
Terima kasih motor lawasku. Semoga aku
bisa lebih mandiri lagi dengan sepeda motor lawas, amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar