Orang
tua manapun pasti menginginkan anaknya pandai dan berhasil pada saat duduk di
bangku sekolah. Bagi orang tua idealis, mereka akan memilih sekolah favorit tempat
anaknya menimba ilmu.
Akan
tetapi ada sebagian orang tua yang memiliki prinsip berbeda dengan orang tua
idealis. Sebagian orang tua memiliki anggapan bahwa kemampuan dasar akademik yang dimiliki anak tetap nomor satu. Anak mau sekolah di mana saja, kalau sudah memiliki dasar yang kuat (mampu atau setidaknya mau belajar dengan giat) nanti juga akan berhasil.
Tidak perlu masuk sekolah yang favorit, karena
pada kenyataannya guru-guru sekarang memiliki kemampuan yang memadai dan profesional. Baik di
sekolah favorit maupun sekolah biasa, pasti ada siswa yang menonjol (pandai), ada yang
kemampuannya rata-rata dan kurang pandai. Mengapa demikian? Karena semua
tergantung dari anak yang belajar di sekolah tersebut.
Banyak
faktor yang mempengaruhi hasil belajar anak. Pada akhirnya anak tersebut dapat
dikategorikan siswa yang pandai, sedang/menengah dan kemampuannya kurang.
Menurut saya, hasil belajar anak tergantung dari anaknya sendiri. Saya sering berpesan
pada anak saya yang besar,”Kalau kamu tidak paham akan materi pelajaran, jangan
sekali-kali melontarkan alasan karena cara mengajar gurunya tidak enak! Kalau cara mengajar gurunya tidak sesuai dengan gaya belajarmu, silakan pelajari materi pelajaran sendiri berulang-ulang. Minimal kamu membaca-baca ulang materi pelajaran.”
Anak
menjadi pandai atau tidak, tidak semata-mata karena sekolah tersebut favorit
atau bukan. Setidaknya, saya memiliki pengalaman sendiri. Ketika masih sekolah,
orang tua memilihkan sekolah untuk saya, dan tugas saya adalah belajar agar
berhasil. Saya tidak memedulikan sekolah saya waktu itu favorit atau bukan.
Dahulu, teman-teman saya saat SMP dan SMA juga anak-anak pandai dan sekarang berhasil menjadi "orang" meskipun sekolah kami bukan sekolah favorit saat itu.
Dahulu, teman-teman saya saat SMP dan SMA juga anak-anak pandai dan sekarang berhasil menjadi "orang" meskipun sekolah kami bukan sekolah favorit saat itu.
Dari
pengalaman orang tua saya memilihkan sekolah untuk saya, maka saya menerapkan
hal tersebut terhadap dua anak saya.
Ada beberapa
hal mendasar memilih sekolah untuk anak. Mungkin pendapat saya tidak sama
dengan pembaca. Hal-hal yang menjadi dasar memilih sekolah untuk anak saya
antara lain adalah:
1. Dekat
rumah
Sengaja
saya memilihkan sekolah bagi kedua anak saya yang dekat dengan rumah. Selain dekat
rumah, sekolah tersebut juga dekat dengan Taman Penitipan Anak (tempat anak
saya bermain sepulang sekolah sebelum bertemu dengan kami, orang tuanya).
Karena
dekat dengan rumah maka saya dan suami tidak tergesa-gesa mengantarkan anak
sekolah sekaligus berangkat bekerja. Bila saya libur kelas atau tidak mengajar,
saya bisa menjemput anak dengan mudah.
Selain
dekat dengan rumah, sekolah tempat anak menimba ilmu juga harus dekat dengan
Taman Penitipan Anak. Alasan saya adalah sepulang sekolah anak bisa ke Tempat
Penitipan Anak dengan mudah.
Biasanya
si kecil dijemput pengasuh TPA pada saat pulang sekolah. Dengan demikian,
kerepotan saya berkurang.
Ketika
SMP, Faiq (anak saya pertama) sekolah di dekat rumah dan TPA juga. Kebetulan, suami
mengajar di sekolah yang sama dengan Faiq. Akan tetapi Faiq berangkat ke
sekolah naik sepeda onthel (bukan membonceng ayahnya).
2. Mudah
diakses transportasi
Sekarang
Faiq sudah kelas XII SMA. Dahulu, ketika masih kelas X, XI dan belum memiliki
SIM, Faiq harus menggunakan transportasi umum (bus jurusan Tawangmangu atau
jurusan Matesih). Tiap pagi, ayahnya mengantar Faiq ke tempat pemberhentian
bus. Alhamdulillah, sekolah Faiq tidak jauh dari jalan raya. Turun dari bus,
Faiq berjalan kaki tidak terlalu jauh.
Berangkat
dan pulang sekolah naik bus, bagi Faiq hal yang tidak memberatkan. Setelah berusia
17 tahun dan memiliki SIM, Faiq kami izinkan naik sepeda motor sendiri ke
sekolah.
3. Lingkungan
sekolah
Lingkungan
sekolah juga akan membentuk karakter anak. Alhamdulillah, lingkungan sekolah
tempat si kecil dan Faiq belajar keadaannya baik. Teman-teman dan guru/karyawan
yang berada di sekolah membuatnya nyaman. Tidak ada masalah yang berarti di
lingkungan sekolah.
Saya tidak sendiri, buktinya banyak orang tua yang menyekolahkan anak-anaknya di sekolah yang sama dengan Faiq. Alasan mereka hampir sama dengan saya, asal anaknya rajin belajar dan lingkungan sekolah nyaman, pasti anaknya juga akan berhasil.
Saya tidak sendiri, buktinya banyak orang tua yang menyekolahkan anak-anaknya di sekolah yang sama dengan Faiq. Alasan mereka hampir sama dengan saya, asal anaknya rajin belajar dan lingkungan sekolah nyaman, pasti anaknya juga akan berhasil.
Lingkungan
sekolah juga saya pertimbangkan dalam memilih sekolah karena bila lingkungannya
tidak nyaman buat anak, anak nanti tidak betah sekolah. Selama ini, semua
berjalan dengan baik-baik saja.
Saya
mengakui dan menyadari sepenuhnya, kedua anak saya kemampuannya tidak menonjol (hanya sedikit di atas
rata-rata). Akan tetapi kedua anak saya memiliki kelebihan dibandingkan
teman-temannya. Kelebihan tersebut di bidang non akademik.
Bagi
saya, yang penting usaha saya dan suami sudah maksimal. Di luar sekolah, saya
juga memberikan fasilitas pada kedua anak saya untuk belajar. Bagi saya, semua
kembali pada keluarga dan anaknya.
Semoga
bermanfaat dan salam literasi.
Karanganyar,
4 Februari 2018
Noer
Ima Kaltsum
Tidak ada komentar:
Posting Komentar