Sudah 19 tahun mereka bersahabat. Sembilan
belas tahun, bukan waktu yang singkat. Dalam kurun waktu tersebut, tentu saja
banyak hal sudah dibagi termasuk pengalaman. Ada yang unik dalam persahabatan
ini. Meskipun dekat sudah lama, bersyukur tidak ada hal-hal yang membuat mereka
jauh. Meski bersahabat dan akrab, tetap saja mereka membatasi diri untuk hal
yang sangat pribadi.
Fitri, Marwan, Umar dan Hakim. Empat cangkir
kopi susu tertata di atas meja. Berempat mereka memainkan cangkir
masing-masing. Fitri mengambil kopi susu dengan sendok kecil lalu diseruputnya.
Hakim menuangkan sedikit kopi susu di atas lepek. Umar menghangatkan telapak
tangannya dengan memegang cangkir. Marwan langsung mengambil cangkir dan meniup
kopi susu panas.
“Kopi susu buatan Marwan memang mantap
tiada duanya,”puji Fitri.
“Nikmatnya tiada tara karena tak berbayar,”Umar
menimpali.
“Apalagi menyeduhnya dengan sejuta cinta,”Hakim
mulai menggombal.
“Nggak usah menyanjung berlebihan. Ada berita
baru nih,”kata Marwan
“Gosip apaan?”
“Kemarin, istriku dapat hadiah berupa kopi
susu. Nah, biar adil, sekarang aku kasih sendiri-sendiri saja. Mulai besok,
kita buat kopi susu sendiri,”kata Marwan
“Ooooo, tidak bisa.” Terdengar koor dari
Fitri, Umar dan Hakim.
Fitri tersenyum. Marwan dan secangkir kopi
susu adalah perpaduan yang pas. Untuk mendapatkan kopi susu yang sama
nikmatnya, sudah sepantasnya kalau mereka bertiga kamu buatkan.
Pisang rebus dan kacang rebus sudah
menipis. Fitri memberi kode untuk menghabiskan kopi susu dan kembali untuk
mengerjakan pekerjaannya.
00000
Tidak ada komentar:
Posting Komentar