Laman

Senin, 12 Maret 2018

PANEN PADI DI SAAT HARGA BERAS MELAMBUNG TINGGI



Beberapa waktu yang lalu, teman saya yang mempunyai bisnis sampingan jual beli beras bercerita kalau harga beras naik. Kenaikan harga beras dipicu karena stok beras menipis. Pantas saja banyak orang yang mengeluh dengan harga beras yang cenderung naik.

Bagi teman saya juragan gabah/beras ini, keadaan ini jelas melipatgandakan pendapatan. Saya sempat membeli beras dengan harga tinggi. Akan tetapi, saya tetap bersyukur Alhamdulillah masih kuat menebus harga beras. Saya membeli beras seharga sepuluh ribu rupiah.

Sebenarnya, saya memiliki gabah di tempat penyimpanan gabah milik keluarga. Hanya saja bila waktunya saya membutuhkan beras, suami tidak ada waktu untuk menggiling gabah menjadi beras.

Biasanya, saya hanya mengandalkan bantuan adik ipar yang memanggil tukang penggiling gabah. Oleh karena penggiling gabah tidak lewat depan rumah, jadilah gabah saya masih utuh.

Nah, kemarin waktu saya ke rumah adik ipar, dia bilang kalau beras sudah siap saya bawa pulang. Syukur Alhamdulillah, di saat harga beras mahal, saya masih memiliki cadangan.

Belum lagi beberapa hari yang lalu, padi di sawah belakang rumah saya sudah dipanen. Oleh karena saya dan adik-adik ipar tidak mau repot, kami pasrah pada pengelola sawah. Dari panen, menjemur sampai gabah kering, kami pasrah minta bantuan pada kerabat yang mengelola. Kami tinggal membayar jasa pengelolaannya saja.

Dari panen ini, gabah yang dihasilkan kondisinya baik. Setelah beras dimasak, harum baunya, sepertinya varietas lain dari biasanya. Dari panen padi ini, pengelola mendapat 9 karung, keluarga kami 9 karung. Untuk keluarga kami, dari 9 karung dibagi 3 orang. Saya dan 2 adik ipar masing-masing mendapat 3 karung gabah.

Untuk saya, satu karung gabah bisa dimasak untuk 2 bulan. Biasanya, sawah di belakang rumah ditanami padi  2 kali masa tanam.  

Selama ini, kami jarang membeli beras karena memiliki hasil panen sendiri. Bahkan untuk saya, kadang-kadang gabah masih beberapa karung, musim panen berikutnya sudah tiba. Kalau sudah begitu, daripada kalah dengan tikus lebih baik saya jadikan beras semua lalu saya bagikan pada orang yang membutuhkan.

Saya merenung, sebenarnya tiap petani bila menganut pola hidup sederhana dan tidak mengikuti gaya hidup konsumtif, mereka bisa kaya raya. Hasil panen ditabung, disimpan, lalu dijual pada saat membutuhkan uang. Atau bisa dijual saat harga beras tinggi.

Kenyataannya tidak demikian. Petani sekarang ingin jalan pintas dan serba praktis. Hasil panen langsung pindah tangan, dan dia mendapat berlembar-lembar rupiah. Ada juga yang sebagian dibawa pulang untuk makan, yang lainnya dijual pada juragan gabah.

00000

Ketika saya menengok lumbung sederhana keluarga suami, rasanya lega. Masih ada gabah untuk beberapa bulan ke depan. Insya Allah kami tidak kelaparan. Kami tidak pernah kufur nikmat, kami tidak pernah mendustakan nikmat.

Ini ceritaku tentang panen padi saat harga beras melambung tinggi.

Karanganyar, 13 Maret 2018

Tidak ada komentar:

Posting Komentar