Beberapa
waktu yang lalu, teman saya yang mempunyai bisnis sampingan jual beli beras
bercerita kalau harga beras naik. Kenaikan harga beras dipicu karena stok beras
menipis. Pantas saja banyak orang yang mengeluh dengan harga beras yang
cenderung naik.
Bagi
teman saya juragan gabah/beras ini, keadaan ini jelas melipatgandakan pendapatan. Saya sempat membeli beras dengan harga tinggi. Akan tetapi, saya
tetap bersyukur Alhamdulillah masih kuat menebus harga beras. Saya membeli
beras seharga sepuluh ribu rupiah.
Sebenarnya,
saya memiliki gabah di tempat penyimpanan gabah milik keluarga. Hanya saja bila
waktunya saya membutuhkan beras, suami tidak ada waktu untuk menggiling gabah
menjadi beras.
Biasanya,
saya hanya mengandalkan bantuan adik ipar yang memanggil tukang penggiling
gabah. Oleh karena penggiling gabah tidak lewat depan rumah, jadilah gabah saya
masih utuh.
Nah,
kemarin waktu saya ke rumah adik ipar, dia bilang kalau beras sudah siap saya
bawa pulang. Syukur Alhamdulillah, di saat harga beras mahal, saya masih
memiliki cadangan.
Belum
lagi beberapa hari yang lalu, padi di sawah belakang rumah saya sudah dipanen. Oleh
karena saya dan adik-adik ipar tidak mau repot, kami pasrah pada pengelola
sawah. Dari panen, menjemur sampai gabah kering, kami pasrah minta bantuan pada
kerabat yang mengelola. Kami tinggal membayar jasa pengelolaannya saja.
Dari
panen ini, gabah yang dihasilkan kondisinya baik. Setelah beras dimasak, harum
baunya, sepertinya varietas lain dari biasanya. Dari panen padi ini, pengelola
mendapat 9 karung, keluarga kami 9 karung. Untuk keluarga kami, dari 9 karung
dibagi 3 orang. Saya dan 2 adik ipar masing-masing mendapat 3 karung gabah.
Untuk
saya, satu karung gabah bisa dimasak untuk 2 bulan. Biasanya, sawah di belakang
rumah ditanami padi 2 kali masa tanam.
Selama
ini, kami jarang membeli beras karena memiliki hasil panen sendiri. Bahkan untuk
saya, kadang-kadang gabah masih beberapa karung, musim panen berikutnya sudah
tiba. Kalau sudah begitu, daripada kalah dengan tikus lebih baik saya jadikan
beras semua lalu saya bagikan pada orang yang membutuhkan.
Saya
merenung, sebenarnya tiap petani bila menganut pola hidup sederhana dan tidak mengikuti
gaya hidup konsumtif, mereka bisa kaya raya. Hasil panen ditabung, disimpan,
lalu dijual pada saat membutuhkan uang. Atau bisa dijual saat harga beras
tinggi.
Kenyataannya
tidak demikian. Petani sekarang ingin jalan pintas dan serba praktis. Hasil panen
langsung pindah tangan, dan dia mendapat berlembar-lembar rupiah. Ada juga yang
sebagian dibawa pulang untuk makan, yang lainnya dijual pada juragan gabah.
00000
Ketika
saya menengok lumbung sederhana keluarga suami, rasanya lega. Masih ada gabah
untuk beberapa bulan ke depan. Insya Allah kami tidak kelaparan. Kami tidak
pernah kufur nikmat, kami tidak pernah mendustakan nikmat.
Ini ceritaku
tentang panen padi saat harga beras melambung tinggi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar