Bukan
hanya penulis dan wartawan yang harus menerbitkan buku. Hampir semua professional
harus menerbitkan buku. Apapun pekerjaan kita, kita tetap harus menerbitkan
buku minimal satu buku.
Kita
tidak perlu menulis lalu melamar ke penerbit mayor, berharap tulisan kita bisa
diterbitkan. Kalau tulisan kita sederhana dan bisa membarikan manfaat untuk
orang lain, mengapa tidak kita terbitkan sendiri (secara indie). Asal kita tahu
penerbit yang memberikan harga murah/ongkos murah, kita bisa menerbitkan buku
dalam jumlah terbatas.
Akan
tetapi sebagian dari kita berpikiran kalau menerbitkan buku itu mahal. Kalau kita
tidak sanggup untuk menerbitkan buku sendiri karena biaya cetak mahal, kita bisa
membuat buku bersama teman, dua, tiga atau berapa orang. Lalu biaya cetak kita
tanggung bersama. Tentu saja, kita bisa menjual buku yang kita cetak ini. Hasilnya,
modal kita kembali dan kita benar-benar memiliki buku keroyokan alias antologi.
Jangan
berkecil hati kalau buku yang kita cetak belum memiliki ISBN. Kalau kita ingin
buku kita memiliki ISBN, tentu biaya cetaknya sedikit lebih mahal. Tapi percayalah,
apa yang sudah kita keluarkan akan memberikan manfaat. Tentu saja kita puas
karena telah memiliki buku.
Lantas
bagaimana cara kita menulis agar bisa menjadi sebuah buku? Bagi yang sudah
terbiasa menulis atau memang pekerjaannya menulis, bisa menulis secara cepat
dengan kualitas baik. Dalam kurun waktu tertentu, tulisannya sudah bisa
dijadikan buku dengan jumlah halaman tertentu. Untuk pemula atau orang yang
belum terbiasa menulis maka menulis bisa dicicil.
Asal
konsisten setiap hari menulis, pasti target bisa terpenuhi. Mencicil tulisan
bisa dengan target jumlah paragraph/halaman, bisa juga dengan target waktu. Misalnya,
setiap hari ditarget satu halaman, pada pagi hari satu-dua paragraph, siang
satu paragraph, sore satu paragraph dan malam dua paragraph atau menyesuaikan.
Bisa
juga dengan menulis pada pagi hari 15 menit, siang, sore dan malam
masing-masing 15 menit atau menyesuaikan waktunya. Dengan target-target kecil
ini, asal konsisten menulis, niscaya kita bisa membuat satu buku dengan tidak terasa
berat bekerja (menulis).
Menjadi
konsistensi menulis inilah yang paling berat. Biasanya, penulis pemula akan
menggebu-gebu menulis pada awalnya saja. Di tengah perjalanan, rasa bosan
menulis membuatnya berhenti menulis dengan alasan tidak ada mood, ide, atau
tidak ada waktu.
Saya
sendiri sampai sekarang berusaha untuk menulis setiap hari. Agar saya konsisten
menulis setiap hari, maka saya harus mengisi blog setiap hari. Dengan demikian,
saya harus membuka mata dan membuka telinga agar ada ide yang bisa saya
tangkap. Prinsip saya, menulis adalah untuk berbagi. Saya kadang merasa kaget
bila tulisan saya banyak yang membaca. Kalaupun pembacanya sedikit, saya tetap
pada niat awal yaitu berniat untuk berbagi manfaat.
Saya
tidak pernah berpikiran kalau dengan menulis, waktu saya banyak terbuang. Entah
itu tulisan saya mendatangkan uang atau tidak, saya tetap menulis. Tuhan lebih
tahu kapan waktunya menurunkan rezeki buat saya dari tulisan saya.
Kalau
saya membuka-buka file, rasanya tulisan saya sudah cukup layak untuk
diterbitkan dilihat dari jumlah halamannya. Mungkin saya perlu mengedit sedikit
agar tulisan saya enak dibaca.
Ayo,
menulislah di blog! Ayo, kumpulkan semua tulisanmu! Ayo, terbitkan bukumu!
Semoga
bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar