Beberapa
bulan terakhir, Faiq sibuk mempersiapkan USBN dan UNBK. Untuk materi
(pelajaran) Faiq sudah kembali aktif untuk mengikuti les. Fisik dan mental
serta spiritual juga tidak kalah penting untuk disiapkan.
Selain
mempersiapkan diri untuk menghadapi USBN dan UNBK, Faiq juga bersiap-siap untuk
mengikuti tes masuk perguruan tinggi. Sampai sekarang, Faiq belum mantap memilih
jurusan. Katanya, masih bingung. Padahal sejak kelas XI saya sudah memberikan
gambaran dan mengarahkannya.
Sebulan
setelah UNBK, pengumuman kelulusan akan disampaikan. Biasanya, pada saat pengumuman
kelulusan ini sekaligus dilaksanakan penyerahan kembali siswa dari sekolah
kepada orang tua. Dengan demikian, saat pengumuman kelulusan orang tua hadir
bersama anaknya.
Untuk
siswi, pakaian saat penerimaan surat kelulusan adalah pakaian tradisional. Tentu
saja kebaya dan kain jarik perpaduan yang khas dan klasik. Kali ini, Faiq dan
teman-teman putri sekelasnya sepakat memakai dress code warna merah marun.
Pada
saat libur Hari Nyepi beberapa waktu yang lalu, saya mudik ke Yogyakarta. Saya dan
Faiq tidak menyia-nyiakan waktu untuk mencari pakaian warna merah marun yang
pas. Saya dan Faiq memutuskan untuk melihat-lihat di Pasar Beringharjo.
Saya
kaget, ternyata model kebaya zaman now sangat bervariasi. Akan tetapi saya
tetap menyarankan pada Faiq untuk mencari kebaya brokat dengan model tidak
terlalu kekinian. Pertimbangan saya adalah kebaya yang sudah dibeli tidak hanya
dipakai sekali saja karena bersifat musiman. Kalau bisa, kebaya dipakai sampai
kapan pun. Lebih baik lagi kalau Maminya juga bisa pinjam (o…o…o).
Cukup
lama kami berpindah dari satu kios ke kios yang lain. Pasar Beringharjo bukan
pasar yang sempit. Apalagi pas liburan, terlalu padat pengunjungnya. Baik masyarakat
Yogyakarta maupun dari luar kota berkunjung ke Malioboro dan sekitarnya,
termasuk Pasar Beringharjo.
Alhamdulillah,
kami menemukan kios penjualan pakaian tradisional di lantai 2. Berhubung
kepadatan pasar yang luar biasa, dan kebetulan saya kelelahan dari Karanganyar,
saya tidak sempat memotret-motret.
Faiq
memilih kebaya yang diinginkan. Pilihan jatuh pada kebaya warna merah marun,
dengan model sedikit modern. Saya juga merasa cocok dan harganya sangat
terjangkau. Satu potong kebaya harganya Rp. 160.000,00 alias 160K dan tidak bisa ditawar. Setelah kami
buka-buka di internet, ternyata kebaya dengan harga 160K tadi adalah harga pada
umumnya/tidak mahal.
(Saya
jadi ingin menjahit sendiri saja ni!)
Setelah
membayar, perjalanan kami lanjutkan ke warung makan bakso. Puas telah
mendapatkan kebaya dan kenyang makan bakso, kami lantas pulang ke rumah Ibu. Sampai
di rumah langsung membersihkan diri dan bersiap untuk makan-makan dalam rangka
ulang tahun kakak saya nomor 2.
Nah,
bagi Anda yang ingin mengenakan kebaya modern, kalau mau yang praktis lebih
baik membeli kebaya yang sudah jadi saja. Akan tetapi kalau menginginkan model
suka-suka, ya menjahitkan ke penjahit professional adalah langkah yang tepat.
Semoga
bermanfaat. Ayo, gunakan produk lokal!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar