Tulisan ini dimuat di SOLOPOS, Jumat, 29 Juni 2018. Silakan baca naskah asli dan naskah tayangnya di SOLOPOS. Harap maklum diedit oleh Redaksi.
NASKAH ASLI
AH
TENANE
BERKAT
MANTEN
Oleh
: Noer Ima Kaltsum
Pada
hitungan orang Jawa, banyak orang yang mengadakan acara, punya kerja, punya
hajat atau duwe gawe, pada bulan Besar (Dzulhijah) dan Syawal. Pasangan
suami istri, Jon Koplo dan Lady Cempluk, panen undangan pada dua bulan itu.
Oleh
karena Cempluk dan Koplo harus bisa membagi waktu, kadang-kadang keduanya tidak
ikut pada acara resepsi. Pernah dalam sehari ada 3 undangan, waktu resepsinya
bersamaan. Kalau seperti itu, Cempluk mencari jalan keluar untuk datang sehari
sebelum resepsi.
Suatu
hari, tetangga Cempluk ada yang mau ngunduh mantu. Kebetulan Koplo dan
Cempluk ada acara yang lain pada waktu yang sama. Akhirnya Cempluk datang ke
rumah Pak Gembus untuk setor amplop alias menyumbang pada sore sebelum hari H.
Seperti
pada umumnya yang masih berlaku di kampung dan sekitarnya, ada pemberian berkat
atau ulih-ulih. Biasanya yang mendapat berkat/ulih-ulih adalah
tamu yang datang sehari sebelum resepsi.
Berkat
tersebut bisa berwujud roti bolu, biscuit, kue semprong, satu paket makanan.
Paket makanan bisa berisi irisan wajik, jadah, kacang bawang, kue kering
lainnya, pisang dan lain-lain. Kadang satu paket berisi nasi dan lauk-pauk.
Semua tergantung kemampuan yang punya kerja.
Keluar
dari halaman Pak Gembus, Genduk Nicole menyerahkan tas kresek hitam kepada
Cempluk. Sampai di rumah, Cempluk mengintip isi tas kresek. Wow, ada 2
bungkusan ukuran besar dan hangat. Lumayan untuk makan malam, batin Cempluk.
“Pak,
makan malam pakai berkat saja. Ini tadi dapat nasi berkat dari Bu Gembus.”
Setelah
ganti pakaian, Cempluk kembali mengambil tas kresek berkat manten tadi. Setelah
dibuka, lalu dikeluarkan isinya. Yang pertama bungkusan besar dan berat lagi
hangat berupa nasi putih. Bungkusan yang kedua, bungkusan besar, berat dan
hangat juga. Cempluk pikir lauk-pauk dan kudapan khas wajik dan jadah. Setelah
dibuka, ternyata isinya nasi putih juga. Jadi dua bungkus isinya nasi putih
semua.
“Nasi
dan lauk berkatnya mana, Bune?” tanya Koplo.
“Pakne,
sampeyan makan dengan sayur dan lauk punya kita sendiri saja.”
“Piye
ta Bune? Tadi nawari makan dengan nasi berkat, la kok ujung-ujungnya disuruh
makan lauk rumah.”
“Begini
Pak. Ternyata berkatnya tadi isinya cuma nasi putih saja tidak ada lauknya.
Mungkin tadi tergesa-gesa jadi keliru memasukkan. Seharusnya lauk, yang
dimasukkan nasi lagi.”
Koplo
hanya manggut-manggut. Cempluk sedikit mbesengut. (SELESAI)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar