Perlukah
si kecil mengikuti les tambahan pelajaran? Jawaban saya adalah tidak! Menurut saya
si kecil belum memerlukan bimbingan belajar di luar rumah. Alasan saya cukup simpel,
yakni karena saya masih sanggup mendampinginya belajar.
Waktu
belajar si kecil di sekolah adalah dari pukul 07.00 sampai pukul 11.00 WIB. Pulang
dari sekolah, si kecil langsung menuju taman penitipan anak seperti biasanya. Taman
penitipan anak ini adalah rumah kedua bagi si kecil. Sejak berumur 1,5 bulan, si
kecil sudah berada di TPA ini. TPA ini sudah seperti rumah sendiri. Pengasuh dan
teman-teman yang ada di TPA sudah seperti saudara/keluarga sendiri.
Kurang
lebih pukul dua siang, saya menjemput si kecil lalu saya ajak pulang. Sampai di
rumah, saya mengondisikan si kecil untuk tidur siang. Tidak mudah membawa si
kecil untuk tidur siang. Biasanya saya mengajak bercerita sampai si kecil
tertidur. Kalau bisa tidur nyenyak, cukup lama juga tidurnya. Bagi saya, lama
atau sebentar saat tidur siang, tidak menjadi masalah bagi saya.
Bangun
dari tidur, si kecil akan bermain di sekitar lingkungan rumah. Entah itu di
sawah maupun bersepeda bersama teman-temannya.
Malam
hari, saya mendampingi si kecil untuk belajar. Bila jadwal si kecil adalah tenis
atau badminton pada sore hari, saya akan mendampingi belajar sekadar membaca
sebelum si kecil dan Ayahnya berangkat ke gedung olahraga.
Sebagai
Ibu, saya sabar menghadapi si kecil ketika belajar. Oleh karena pelajarannya
belum terlalu rumit, masih sederhana, saya menekankan untuk mengulang-ulang
membaca dan mengerjakan soal berhitung. Kebetulan sekarang pelajarannya adalah
tema 1 HIDUP RUKUN.
Suatu
hari, pulang dari sekolah, si kecil bilang kalau dia bisa mengerjakan soal
seperti yang dipelajari malam sebelumnya. Si kecil merasa bangga, bisa
mengerjakan soal.
Teman-temannya
sebagian besar mengikuti les tambahan pelajaran yang diadakan di luar sekolah. Les
tambahan tersebut berlangsung tiga hari dalam seminggu, dari pukul dua siang
sampai pukul empat sore.
Kebetulan,
si kecil tidak mau mengikuti les. Seperti biasa, si kecil akan beralasan
urusannya sudah banyak (seperti orang penting saja). Kalau si kecil mau
mengikuti les, saya juga bingung. Saya dan suami tidak ada waktu untuk mengantar
dan menjemput di tempat les.
Belajar
di rumah, bersama orang tuanya, mungkin membuat si kecil merasa lebih nyaman. Saya
berusaha untuk menyesuaikan kondisi si kecil, sudah bisa konsentrasi atau
belum. Karena belajar di rumah lebih fleksibel, maka saya merasa lebih tahu “kemauan”
si kecil saat belajar. Rupanya si kecil juga bisa diajak serius tapi santai.
Saya
bilang pada si kecil, uang yang dibayarkan untuk les (bila ikut les) bisa
ditabung. Iming-iming dari saya ini menambah semangat si kecil untuk belajar.
Bila
saya paksakan untuk mengikuti les tambahan pelajaran seperti teman-temannya,
saya takut seandainya si kecil tidak mau dan ogah-ogahan. Sungguh sangat
merugi, mengeluarkan biaya tidak sedikit tapi si kecil tetap malas mengikuti
les tambahan.
Saya
jadi ingat, Ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya. Pendidikan adalah
tanggung jawab orang tuanya. Bila Bapak dan Ibunya bisa mengajar anaknya
sendiri, alangkah baiknya urusan pendidikan diselesaikan sendiri. Beruntung,
saya selalu ada waktu untuk mendampingi anak-anak belajar di rumah meskipun
pada pagi hari anak-anak harus berada di sekolah.
Sekali
lagi, bagi saya si kecil tidak perlu mengikuti les tambahan. Bila Anda tidak
sependapat dengan saya, itu boleh-boleh saja.
Karanganyar,
23 Juli 2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar