Laman

Minggu, 30 September 2018

Momentum Terindah Waktu Panen dan Wisata Air

Dikapyuk air
dok. Suyat


Ketika masih mengajar, saya biasa memotret kegiatan di sekolah. Kegiatan penting di sekolah sering saya jadikan berita dan saya kirim ke koran lokal. Selain di sekolah, kegiatan di luar sekolah yang ada kaitannya dengan pembelajaran juga saya abadikan dengan kamera ponsel.
Kegiatan di rumah, di jalan, di tempat wisata, dan momentum penting lainnya juga saya abadikan dengan kamera ponsel. Foto-foto hasil bidikan ini, saya pergunakan untuk melengkapi tulisan saya di blog, apalagi untuk kepentingan lomba.
Hari terakhir libur kenaikan kelas, saya dan teman-teman mengadakan perjalanan wisata ke Malioboro dan Pantai Parangkusumo. Saat tiba di Malioboro tengah hari, panasnya sungguh menyengat. Akan tetapi, untuk bukti bahwa kami benar-benar sudah sampai Malioboro dan dalam rangka pamer, ya harus ada fotonya dong.

Malioboro
dok.pri

Sebagai orang Yogya, sebenarnya saya sudah pernah diajak lewat pantai selatan yang jumlahnya tidak hanya satu dua. Dari pantai Depok, suami juga pernah melanjutkan perjalanan ke Parangtritis, lalu naik sampai Gunung Kidul.
Jadi, sebenarnya saya juga pernah dilewatkan di Pantai Parang Kusumo. Hanya saja, dulu bagian depan belum ada tulisan manis seperti nama-nama tempat di zaman now.
Ada sesuatu yang menarik dengan Pantai Parang Kusumo. Konon di pantai ini, banyak orang melakukan ziarah, melakukan ritual tertentu, ada dunia lain yang sengaja dikunjungi para peziarah.
Saya sempat melihat seorang lelaki sedang melakukan lelaku. Lelaki berambut panjang, memakai pakaian Jawa bercelana panjang dan memakai iket kepala. Lelaki tua itu duduk bersila menghadap pantai. Celana dan pakaiannya sudah basah. Entah sudah berapa kali lelaki tersebut kena ombak besar.
Dua teman saya yang tahu dua lain mendadak perutnya terasa mual dan pingin muntah. Katanya, lelaki tersebut sedang berkomunikasi dengan penguasa pantai. Dia ditemui punggawa atau penjaga pantai. Saya tak pernah bisa mengikuti alur cerita mereka.
Hal-hal gaib itu memang ada dan sebagai muslim, saya harus percaya. Hanya saja saya membatasi diri untuk tidak lebih jauh untuk tahu lebih banyak. Seandainya ada prosesi labuhan atau apapun yang berkaitan dengan dunia mereka yang "percaya", tentu saya hanya bisa mencatatnya sebagai tulisan yang bisa untuk diceritakan kepada orang lain. Parang Kusumo biasa digunakan untuk nenepi, kata orang-orang.
Setelah lelaki yang melakukan lelaku telah pergi, saya dan teman-teman mendekat ke air. Salah satu teman saya bilang sebentar lagi ombak datang. Teman yang lain malah dengan sengaja  mengajak kami untuk berbasah-basah diterjang ombak.
Takut air

Oleh karena saya takut air, saya selalu waspada. Bila air datang, saya harus siap. Dan benar, ombak datang. Pasir tempat saya berdiri lama-lama terkikis. Hampir saja saya kehilangan keseimbangan. Teman saya berteriak, “Ayo, saling berpegangan!”
Lega rasanya, meski masih deg-degan, saya merasa ada sensasi tersendiri yang tak mungkin saya lupakan.

Bebas
dok.pri

Setelah tidak mengajar, saya lebih sering mengikuti lomba penulisan, kelas menulis, pertemuan penulis, dan kegiatan yang ada kaitannya dengan menulis. Tentu saja setiap kegiatan selalu ada fotonya.
Temu penulis
dok.pri

Beberapa hari terakhir, saya sedang asyik-asyiknya memanen hasil kebun. Memanen sukun itu sangat mengasyikkan, tapi risikonya juga besar. Mengapa demikian? Karena buah sukun yang akan dipanen berada di tempat yang tinggi. Sebagai Ibu yang lemah lembut, tentu saja tidak selayaknya “pecicilan” memanjat pohon sukun. Cukuplah suami saja yang menjatuhkan sukun dengan cara dipotong tangkainya memakai galah yang dilengkapi pisau.
Panen alpukat
dok.pri

Nah, untuk saya cukup memanen buah alpukat. Itu saja juga tidak perlu memanjat pohonnya, cukup berdiri di atas kursi plastik (itu saja pakai gemetaran).
Selama ini saya mengabadikan momentum penting dan indah dengan kamera ponsel. ponsel tersebut memiliki spesifikasi berikut:  Cipset: Snapdragon 636, Layar: Full HD 6,2 inci, aspek rasio 19:9, Kamera belakang: 12 MP & 8 MP, Kamera depan: 8 MP, Baterai: 3.200 mAh, Memori: 4 GB, ROM: 64 GB/128 GB, dan OS: Android Oreo..
Beberapa waktu yang lalu, ada teman yang membisikkan pada saya untuk ganti ponsel terkini. Saya jadi ingat tentang Huawei Nova 3i. Gawai yang cakep betul luar dalamnya, bikin saya jatuh cinta. Mengapa saya tertarik dengan smartphone yang satu ini? .Inilah beberapa alasan saya, yakni:
dok.sujiwo.com

1.    Smartphone ini punya desain irish purple yang luar biasa keren. Cantiknya bikin luluh dalam pandangan pertama. Tidak butuh case macam-macam, dia indah dari sananya
2.    Pernah dengar AI? Membuat kamera smartphone memiliki kecerdasan buatan, sehingga bisa menghasilkan foto dengan apik tanpa perlu kita terlalu pusing setting sana sini. Huawei Nova 3i, punya 4 kamera AI! Gila.
3.    Storage-nya 128Gb! Ya, paling besar di kelas smartphone mid-end saat ini
4.    Kesukaan saya selain AI dalam kameranya, adalah GPU Turbo yang dia miliki.
Oleh karena ada yang memberi iming-iming smartphone ini, saya jadi merengek-rengek pada suami untuk mewujudkan keinginan saya memilikinya. Selama ini, suami tahu hobi saya, yaitu menulis dan memotret. Menurutnya, hobi saya positif dan perlu dukungan. Dukungan di sini bukan hanya sebatas kata-kata saja, melainkan diperkuat dengan difasilitasi berupa barang, hehe.   
Saya ingin memiliki smartphone yang dengan desain yang keren, memiliki kamera yang diperkuat AI, Storage 128 GB paling besar di kelas smartphone mid-end saat ini, dan diperkuat dengan GPU Turbo untuk kemampuan gaming


Tidak ada komentar:

Posting Komentar