Memiliki
dua orang anak dengan selisih usia 10 tahun, ada keuntungannya. Anak sulung
kuliah di luar kota, si kecil masih kelas 2 SD. Merawat dan mendidik si kecil,
serasa baru memiliki satu anak.
Si kecil
mandiri sejak dini dalam hal melakukan kebiasaan sehari-hari. Makan, minum,
mandi, dan ganti pakaian sudah bisa melakukan sendiri. Akan tetapi khusus untuk
kegiatan akademik, yakni sekolah, si kecil agak “rewel”. Awal masuk SD, anaknya
bilang tidak mau sekolah. Seiring berjalannya waktu, si kecil sudah bisa
menyesuaikan diri. Kebetulan si kecil laki-laki yang sulit untuk diatur. Sebagai
orang tua harus ekstra sabar menghadapinya. Tidak boleh emosi, marah, dan
mengeluarkan suara yang keras.
Si kecil
mulai belajar menulis dan membaca sejak masih TK tapi belajarnya sambil lalu. Kemampuan
menulis dan membaca si kecil berbeda dengan kakaknya. Pada usia yang sama,
kakaknya lebih terampil. Butuh kesabaran tinggi dalam menunggu si kecil
belajar. Belajar masih dengan bermain. Mungkin kalau sudah waktunya memiliki
tanggung jawab, si kecil juga akan “mapan” sendiri.
Yang
saya sukai dari si kecil adalah bila pulang sekolah langsung bilang ada tugas
atau pekerjaan rumah meski mengerjakannya ditunda, Walaupun mengantuk berat,
pasti mencicil mengerjakan tugas.
Dulu
saya mengkhawatirkan si kecil karena kemampuannya di bawah rata-rata. Setelah mengikuti
perkembangannya, saya tahu bahwa semakin rajin membaca, dia juga semakin cepat
mencerna isi materi pelajaran.
Ketika
belum bisa membaca, saya mengajarinya menggunakan buku “anak islam suka membaca”.
Saya menggunakan buku ini karena belajar membaca seperti cara membaca Alquran
dengan sistem Iqro’. Belajar membaca tidak dengan dieja melainkan membaca per
suku kata.
Untuk
belajar menulis, saya menyediakan buku bergaris biasa dan buku menulis halus. Mungkin
karena anaknya laki-laki dan tidak telaten, maka tulisannya tidak begitu rapi. Saya
perhatikan si kecil bisa menulis rapi, tetapi memakan waktu yang lama. Bagi saya,
yang penting tulisan bisa dibaca. Sambil mempelajari yang lain, tulisannya juga
saya minta untuk diperbaiki lebih rapi lagi.
Untuk
pelajaran berhitung, si kecil belum bisa cepat menjumlah maupun mengalikan. Tugas
saya adalah sering memberikan pertanyaan seputar penjumlahan dan perkalian
dengan cara mencongak. Saya tahu dia masih memakai jari untuk berhitung. Mungkin
karena di sekolah jarang diberi soal mencongak sehingga si kecil juga kurang
berlatih menghafal.
Banyak
kemajuan yang diraih si kecil. Sebagai orang tua yang telah memiliki pengalaman
“menggembleng” si sulung, saya memperlakukan si kecil berbeda dari kakaknya. Karena
kondisi awal keduanya juga tidak sama. Si sulung bisa diajak cepat menjawab
pertanyaan, sedangkan si kecil memikirkan jawaban terlalu lama untuk soal yang
sama.
Setiap anak memiliki
kemampuan yang berbeda. Saya hanya perlu belajar bersyukur atas nikmat yang
Allah berikan. Saya dan suami bisa mendampingi mereka dengan baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar