Beberapa
waktu yang lalu, saya mengikuti suatu diskusi. Dalam diskusi tersebut hadir narasumber salah satu penerbit buku di Yogyakarta. Banyak hal
yang disampaikan oleh dua orang narasumber. Namun, narasumber menekankan pada
buku anak.
Buku
untuk anak-anak sangat dibutuhkan. Yang dimaksud anak-anak di sini adalah anak
usia PAUD sampai kelas 4 SD. Anak kelas 5
dan kelas 6 sebenarnya masih digolongkan usia anak.
Bagi
kami seorang penulis, tawaran untuk menulis buku adalah suatu rezeki yang tidak
boleh disia-siakan dan ditolak. Hampir semua peserta diskusi ingin membuat buku
anak. Buku anak bisa dikerjakan oleh siapa saja, tapi tidak semua orang bisa
mengerjakan buku anak sesuai dengan rambu-rambu yang telah disampaikan
narasumber. Mengapa demikian? Sebab, dalam menulis buku anak, penulis harus
benar-benar sadar kalau buku yang ditulis ramah anak.
Buku
anak menggunakan bahasa yang mudah dimengerti, santun, tidak mengandung kata-kata
yang mengarah pada kekerasan, SARA, dan porno. Selain itu dalam buku anak juga
tidak boleh ada kalimat yang menggambarkan kehidupan orang dewasa. Artinya,
dalam menulis buku anak, kita benar-benar menggunakan diksi yang tepat.
Setelah
berdiskusi, rasanya ingin segera melakukan aksi, tindakan nyata untuk menulis. Semoga
keterangan dari narasumber tersebut bisa menambah wawasan dan ilmu baru. Ya,
beginilah cara mendapatkan ilmu. Ilmu bukan ditunggu kedatangannya, tapi ilmu
perlu dijemput agar sampai pada kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar