Beberapa
waktu yang lalu di salah satu komunitas yang saya ikuti seru membicarakan
honorarium pemuatan tulisan. Tentu saja sebagai penulis, kami punya hak untuk
mendapatkan honor setelah tulisan dimuat di media. Hanya saja kadang sebagian
tidak sabar akan cairnya honor.
Bagi
saya honor adalah bentuk rezeki nomplok karena niat awal menulis adalah
berbagi. Setelah tulisan dimuat, saya tidak terlalu berharap honor segera cair.
Bila cair secepatnya, cukup disyukuri. Bila cairnya lambat, ya tidak masalah.
Kalau
teman-teman menanyakan waktu paling cepat pencairan honor, bisa diambil
sendirikah, dan lain-lain, saya juga tak bisa menjawab. Saya tidak memusingkan
soal honor. Nah, kalau iseng-iseng ke bank lalu mencetak buku rekening ternyata
ada pemasukan, saya sangat bersyukur.
Seperti
hari ini, honor dari tulisan Jon Koplo dan resensi telah cair. Alhamdulillah,
rezeki memang selalu datang tepat waktu. Ya, beginilah kebahagiaan penulis,
yakni tulisan dimuat lalu honor cair dengan segera.
Selain
dari nulis, saya juga mendapatkan rezeki dari menjual anak ayam. Kebetulan di
rumah ada beberapa ayam betina. Ada yang baru bertelur, ada yang mengeram, dan
anak-anaknya telah keluar dari cangkangnya. Anak-anak ayam inilah yang bisa
untuk menggelembungkan pundi-pundi saya. dari penjualan anak ayam ini dapat
lumayanlah, bisa untuk membeli sayur dan lauk.
Masih
ada satu lagi rezeki yang datang pada saat yang tepat adalah panen padi. Tiga bulan
penantian saya dan keluarga berbuah manis. Kemarin keluarga panen padi. Beruntung
sawah di belakang rumah selalu menghasilkan padi berkualitas baik. panen kali
ini hasilnya sangat memuaskan. Jadi, bila rezeki selalu datang pada waktu yang
tepat, pantaskah saya tidak bersyukur?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar