noerimakaltsum.com. Seorang kerabat yang beberapa hari yang lalu aku ceritakan
meluangkan waktu berjalan kaki di sekitar sekolah saat istirahat tak mengajar.
Saat bertemu denganku lagi beberapa waktu yang lalu dia mengkhawatirkan
keadaannya yang sebentar-sebentar buang angin alias "ngentutan".
"Bagaimana saya bisa
menjaga wudu kalau ngentutan gitu?" tanyanya.
"Jangan khawatir, Mbak. Insya Allah kita bisa kok belajar
menjaga wudu. Caranya adalah segera berwudu dan berusaha untuk tetap suci. Bila
batal karena kentut, ya wudu lagi. Kalau bertahannya suci hanya sebentar,
berarti kondisi perut kita perlu dicek. Teraturkah BAB-nya, apa saja yang kita
makan, apakah makanan yang kita konsumsi benar-benar yang sehat dan kita
butuhkan? Di sini ketahuan, pola makan kita sehat nggak, kita menerapkan pola
hidup sehat atau tidak? Memangnya kenapa, Mbak?"
"Besok saat tawaf ‘kan harus bisa menjaga wudu agar tidak
batal."
Kerabatku tersenyum, seolah membenarkan kalau BAB-nya tidak
lancar, makanan yang dikonsumsi tidak sehat, dan kemrungsung.
Kalau BAB lancar dan teratur, sepertinya tidak akan ngentutan.
Kalau makanan yang kita konsumsi adalah makanan sehat dan "secukup"
yang kita butuhkan, rasanya perut kita juga akan baik-baik saja. Dengan
demikian, kita bisa menjaga wudu selama 15 menit, 30 menit, 45 menit, dan
seterusnya.
Agar BAB lancar, sudah semestinya bila kita benar-benar
memperhatikan apa saja yang kita makan dan waktunya harus tepat. Sebelum aku
menerapkan food combining, aku telah melakukan pembatasan jumlah nasi putih
yang aku konsumsi. Selain jumlah yang aku batasi (dikurangi dari sebelumnya),
juga waktu makan nasi hanya saat makan siang. Pagi minum jeruk nipis peras,
minum air putih dan sarapan buah. Kudapan pagi sekitar pukul 09.00 adalah sup
telur, makan siang berupa nasi, sayur dan lauk, sore hari makan sayur dan lauk,
malam hari (sampai batas isya) hanya makan buah. Selain air putih, aku juga
minum teh manis.
Pola makan yang aku terapkan ditambah olahraga jalan kaki bisa
menurunkan berat badan sebesar 1 kg dalam satu minggu. Total berat badan turun
4 kg setelah pola makan diatur sedemikian rupa. Menurunkan berat badan adalah
keinginanku agar badan tidak terasa berat dan aku bisa beraktivitas dengan
nyaman. Menurunkan berat badan bila sudah diniatkan ternyata bisa berhasil juga
meskipun turunnya lambat.
Beberapa hari yang lalu aku mendapatkan hadiah sebuah buku
berjudul 99 Tanya Jawab Food Combining. Setelah aku baca-baca, ternyata pola
makan yang aku terapkan ada persamaannya dengan pola makan food combining,
misalnya pagi minum juniper, sarapan buah, siang makan karbohidrat, sayur, dan
lauk. Hanya saja aku masih makan karbohidrat dan protein hewani secara
bersamaan, sedangkan di food combining langkah ini tidak tepat.
Akhirnya aku mencoba menerapkan food combining pada hari ini dan
berhasil. Selama sehari ber-food combining, aku tidak merasa kelaparan meskipun
pada siang hari tidak makan secara kalap. Mengapa pagi hari sarapan buah, bukan
nasi? Ada alasan logis yang berguna bagi kesehatan. Dalam food combining
dikenalkan fase buang, fase cerna, dan fase serap. Adanya fase inilah maka
makanan yang masuk pada fase tertentu ada aturannya. Tidak sembarang makanan
dimakan pada fase buang, fase cerna, dan fase serap. Rumit dong kalau begitu? Tidak
juga asal sudah dipahami.
Bila makan secara teratur, BAK, dan BAB juga teratur, maka perut
akan terasa nyaman. Dengan demikian tidak sebentar-sebentar buang angin alias
ngentutan. Barangkali ini sangat cocok bagi orang yang ingin selalu menjaga
wudu agar tidak cepat batal. Nah, bagi kamu yang harus dalam keadaan wudu
terjaga, terutama saat melaksanakan tawaf, pola makan food combining bisa
diterapkan.
Sebagian orang yang belum pernah sarapan buah, tentu akan
menolak food combining. Makan nasi bersamaan protein hewani tidak dianjurkan,
akan diprotes sebagian orang. Kalau begitu, coba dulu menerapkan food combining
secara bertahap.
#catatanimapenulis
#hajimabrur
#naikhajibersamamu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar