noerimakaltsum.com. Tertampar Keras Oleh Sedekahnya Orang
Kesempitan
2,5% infaq dan sedekahnya orang yang memiliki kekayaan 100 juta
hanya senilai 2,5 juta. Namun bila orang yang dalam kesempitan di saat
terdampak korona dengan penghasilan terjun bebas, bisa membuat 43 paket senilai
@33.000, lebih dari 25% penghasilannya dikeluarkan, betul-betul menampar
mukaku. Malu aku bila selama ini tak bersyukur. Hari ini aku tertampar keras,
bahkan sangat keras oleh orang yang dalam kesempitan namun bisa mengeluarkan
sedekah dalam jumlah fantastis.
Dari nominalnya, jelas besar sekali. Lebih dari satu juta dari
penghasilannya dibelanjakan di jalan Allah. Sungguh perniagaan yang tak mungkin
merugi. Seorang ASN, sebut saja Aura, dengan 4 orang anak memerlukan cukup banyak biaya. Usaha laundry
yang dikelola sang suami mengalami penurunan omset yang cukup signifikan. Stay at
home, work from home, learn from home, membuat pelanggan laundry menghentikan
jasanya untuk sementara waktu. Para pelanggan memilik mencuci dan menyeterika
sendiri di rumah.
Pada saat pandemik korona ini, jelas semua berubah secara drastis.
Pemasukan dari usaha laundry hanya cukup untuk biaya operasional, membayar
karyawan, dan sisanya untuk biaya hidup yang kian berat. Namun demikian, untuk mensyukuri nikmat waktu dan kesehatan yang diberikan oleh Allah,
tepat di hari ulang tahun ke-43, Aura membagikan 43 paket sembako. Dari 43
paket itu diberikan pada orang yang betul-betul tak mampu dan memerlukan.
Ternyata 43 paket tersebut belum mencukupi bila menuruti jumlah orang yang
harus disantuni.
Rasanya belum pernah aku melakukan seperti yang dia lakukan.
Kalau pernah berbagi, itu jumlahnya tak seberapa. Paling banyak 5 - 10 paket.
Hari ini aku mendapatkan pelajaran yang sangat berharga, terutama buat
keluargaku. Ketika aku bertanya, “Mengapa di saat kesempitan keuangan,
pendapatan menurun, tagihan SPP anak-anak harus segera dilunasi, kamu justeru
bersedekah dalam jumlah banyak?”
“Aku terinspirasi seseorang yang tak pernah tanggung-tanggung
dalam bersedekah. Orang tersebut di saat
lapang dan sempit tetap bersedekah dan berbagi. Toh dia tidak jatuh miskin. Aku
ingin seperti orang tersebut.”
Nikmat mana lagi yang kamu dustakan? Aku hanya bisa bersyukur
pada Allah atas rezeki yang telah diberikannya secara cuma-cuma pada
keluargaku. Bukan sekadar ucapan syukur di lisan, tapi harus dilakukan dengan
perbuatan. Cara bersyukurnya bagaimana? Aku mulai tak perlu menghitung dengan
kalkulator manusia. Aku ingin mengeluarkan sedekah sebanyak-banyaknya. Lalu
membagikan pada sebanyak-banyak orang meski tiap orang mendapatkan sedikit
bagian saja.
Hari berikutnya, bulan berikutnya, atau tahun berikutnya semoga
dapat melakukan hal yang sama. Ada perasaan lega bila dapat mengeluarkan
sedekah sebanyak-banyak untuk sebanyak-banyak orang. Saatnya belajar ikhlas
untuk berbagi.
#catatanimapenulis
#30harinulisxnoerimakaltsum
Foto: dokumen Nur Aufi Syatta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar