Sejak memutuskan membangun rumah di sekitar sawah dan menempatinya, saya ingin memanfaatkan setian lahan kosong untuk ditanami tanaman hias, sayuran, atau pohon tahunan.
Rasanya sayang bila memiliki tanah kosong tetapi tidak dimanfaatkan. Kenapa saya berambisi menanami tiap tanah yang kosong? Simpel saja jawaban saya karena rumah bapak dan ibu tak ada halamannya.
Saya pernah merasakan manisnya panen cabai, kacang panjang, mentimun, termemes, kangkung, sawi hijau, jagung, kacang tanah dan lain-lain. Untuk itulah, bukan karena latah melihat harga cabai yang melambung tinggi lalu tergiur keuntungannya. Bukan itu!
Saya menanam cabai karena kebutuhan cabai tidak seberapa, tapi kalau beli mahal. Pernah beli 2000 cuma dapat 6 biji. Padahal kalau menanam satu batang pohon saja bisa mencukupi selama dua bulan.
Bukan iseng-iseng, tapi diniatkan untuk beribadah dan mengurangi pengeluaran. Menanam 8 batang pohon cabai rawit. Alhamdulillah, tak lagi ada masalah bila harga cabai meroket. Bahkan, tiap metik buah cabai selalu saya pindahkan ke rumah orang lain.
Saya hanya butuh maksimal 3 buah cabai dalam sehari. Sebab itulah, daripada cabai rawit merah keburu busuk lebih baik disedekahkan.
Setelah harga cabai anjlok, dari seratus sekian ribu menjadi dua puluh ribu, saya tidak terpengaruh. Mau masak, buat sambal, buat ayam geprek, tinggal petik di belakang rumah.
Sekarang harga cabai cenderung stabil tapi tetap tinggi. Lumayan, panen cabai saat harga tetap tinggi memang punya kepuasan tersendiri.
00000
Tidak ada komentar:
Posting Komentar