Di dalam keluarga besar kami, anak-anak bapak dan ibu biasa memamerkan suatu amalan sebatas di rumah. Tujuannya adalah untuk memotivasi saudara yang lain. Sekecil dan seremeh apa pun amalan yang dilakukan biasanya ditunjukkan. Meskipun terkesan riya’ tetapi ada manfaatnya.
Saudara akan memberikan masukan bila ada saudara lain
yang melakukan sesuatu yang dirasa kurang pas. Misalnya dalam bersedekah
diusahakan tepat sasaran, sedekah ramai-ramai atau sedekah rombongan yang nanti
diatasnamakan orang tua. Namun, biasanya kakak saya nomor kedua yang
mengeluarkan sedekah atas nama ibu dan bapak.
Pamer amal kebaikan juga diterapkan di
rumah. Misalnya, saya bilang sedekah pada seseorang, memberikan kerudung baru dipakai
sekali, memberikan sekaleng beras, dan lain-lain. Hal kecil ini diikuti
anak-anak. Anak-anak sudah tahu tentang amalan yang dipamerkan sebatas di dalam
keluarga, hikmah yang didapat, dan semangat untuk beramal lebih banyak lagi.
Saya dan suami memberikan teladan. Sedekah
tidak mengharapkan ganti atau dilipatgandakan. Sedekah itu ikhlas. Kalau Allah
kemudian memberi ganti yang lebih baik dan lebih banyak, itu hak Allah.
F1 anak pertama saya sudah memiliki
penghasilan sendiri dari jualan online. F1 tidak pernah menghitung-hitung berapa
labanya. Namun, F1 yakin kalau keuntungannya cukup untuk membelikan neneknya berupa
paket nasi dan ayam goreng. Biasanya setelah membelikan neneknya makanan, F1
banjir orderan. Uangnya melimpah, keuntungan banyak, dunia dapat, akhirat juga
dapat.
Baru-baru ini F1 bercerita
mendonasikan uangnya “hanya” 10.000 rupiah. Beberapa jam kemudian banjir
orderan. F1 bercerita sambil tertawa bahagia sampai terharu (meneteskan air
mata). “Allah mengganti secara kontan, Ma.”
F2 anak kedua berbisnis kecil-kecilan,
yakni jual beli ikan channa dan memiliki sepuluh kambing. F2 juga tidak mau
kalah dari kakaknya. F2 juga tidak menghitung-hitung sedekah yang dikeluarkan. Dia
percaya kalau yang dikeluarkan akan mendapatkan ganti. Kalau tidak diganti
dengan materi, Allah mengganti dengan kesehatan.
Selain mengeluarkan sedekah, saya dan
suami selalu memberi contoh cara bersyukur atas nikmat yang Allah berikan pada
keluarga. Di dalam keluarga kecil kami dan keluarga besar, bersyukur adalah
gaya hidup. Beramal rutin meski bentuknya kecil juga menjadi gaya hidup. Alhamdulillah,
Allah memberikan kemudahan bagi kami dalam menjemput rezeki.
Jadi, memamerkan amal di dalam
keluarga bisa memotivasi agar tidak berhenti berbuat baik dan bersyukur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar