Sebagian besar, ibu-ibu di Indonesia mengatur dan mengelola keuangan rumah tangga. Entah mereka ibu rumah tangga murni atau wanita bekerja, biasanya menjadi "pemegang" uang.
Sebaiknya, ibu-ibu belajar tentang literasi keuangan. Dengan belajar tentang literasi keuangan, semoga selalu membuat perhitungan dan mengambil keputusan dengan cermat. Sebab, bila tidak belajar maka mudah dibujuk dengan sesuatu yang menggiurkan. Misalnya, investasi dengan bagi hasil yang tak masuk akal, membeli barang karena murah dengan kredit atau arisan barang, atau memperoleh keuntungan dengan cara instan.
Ibu-ibu adalah pemegang keuangan. Alokasikan uang tersebut sesuai pos-pos yang telah ditentukan. Untuk mengeluarkan uang selain dari pos-pos yang ada, terlebih dahulu tanyakan pada diri sendiri pentingkah itu semua atau konsultasikan pada pasangan. Tunda selama 14 hari! Selama 14 hari, bila ternyata ada perubahan dari rencana awal, setidaknya itu keputusan yang terbaik.
Bila mau berinvestasi, percayakan pada pengelola yang dapat dipercaya. Siapa pengelolanya, di mana kantornya, dan bagaimana bentuk kesepakatannya. Bila memutuskan berinvestasi, maka perlu tahu bahwa akan mendapatkan keuntungan dalam jangka waktu lebih lama. Tidak ada yang instan di dunia ini. Semua melalui proses.
Jangan sampai kasus investasi bodong yang menimpa saudara-saudara kita, kita ikut mengalami. Belajarlah dari apa yang telah dialami orang lain. Jangan sampai tertipu dengan model investasi ginseng dan semut rangrang. Itu semua hanyalah ponzi.
Bila ada kelebihan uang, simpan dahulu. Kalau lihat berita di televisi, ternyata sebagian besar ibu-ibu yang mengalami kejadian tak mengenakkan, yakni tertipu.
00000
Tidak ada komentar:
Posting Komentar