Hari Sabtu, 10 Juni 2023 pagi saya dan suami ke makam bapak dan ibu mertua untuk mendoakannya. Di atas makam cukup kami taruh bunga kertas dan daun tanaman hias. Saya dan suami memang melakukan sesuatu yang tak lazim bagi kebanyakan orang.
Oleh karena saudara-saudara saya datang sehari sebelumnya, saya menyiapkan menu favorit keluarga yaitu tongseng kambing. Setelah sarapan, saya rebahan. Sebab beberapa hari kurang tidur.
Alhamdulillah, saya dan suami diantar anak-anak dan saudara-saudara di Masjid Madaniyah. Seperti pada umumnya, isak tangis para calon jemaah haji dan kerabat mewarnai pelepasan kami. Kami menuju Asrama Haji Donohudan.
Karena datang sampai asrama "kemruputen" dan petugas belum ada, jadi bus mencari tempat parkir untuk menunggu jam 16.00 WIB. Jadi, nunggu 1 jam ya.
Setelah petugas siap, mulailah para jemaah kloter 59 yang terdiri dari jemaah Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Wonogiri antre untuk cek kesehatan dikelompokkan dalam 8 rombongan.
Saat cek kesehatan, saya harus tes urine untuk tahu hamil atau tidak. Sebab saya masih subur tapi sudah 3 bulan tidak haid. Hasilnya, tara..... negatif. Syukur alhamdulillah.
Semua jemaah haji mendapatkan sepaket dalam tas berisi botol air minum, oralit masker, multivitamin, handsanitizer, dan lain-lain. Tentu saja tambahan barang ini menambah muatan koper hahaha. Alhamdulillah, tidak kurang-kurang sangu mulai dari kemenag, kabupaten, RS PKU, Asrama Haji. Masihkah nggak bersyukur?
Di asrama haji berpacu dengan waktu. Sebelum magrib makan malam dengan menu lebih dari cukup. Selain itu ada kudapan yang bisa dibawa ke kamar untuk ngemil.
Karena musafir, jadi kami tidak mandi sore/malam. Biarpun berkeringat, anggap saja latihan di Armina. Anehnya tidur bareng 10 orang, semua biasa saja. Yang ada yang merasa bau.
Maunya setelah Isya bisa bobok manis, ternyata baru saja mata terpejam ada panggilan berkumpul di ruang makan untuk menerima gelang haji dan pernyataan tarwiyah. Saya ditinggal teman-teman sekamar. Kata mereka, saya pulas banget tidurnya. Jadi, mereka tidak membangunkan saya. Mesakke. Hahaha.
Dengan kriyip-kriyip saya menuju ruang makan. Suami sudah menunggu.
Ketika memasangkan gelang, kami digoda-teman-teman. Cie cie. "Dibelikan gelang termahal". Saya dan suami terkekeh.
Selesai mengenakan gelang, saya kembali ke kamar. Semua rebahan. Jam sebelas malam lebih, ada panggilan melalui pengeras suara. Kali ini kami harus datang membawa tas paspor. Selain menerima paspor, kami juga mendapat living cost sebesar 3.030.000 rupiah. Alhamdulillah. Uang tersebut untuk membayar dam dan keperluan lainnya untuk rombongan.
Jam 12.00 malam saya benar-benar tidur dan bisa bangun untuk salat tahajud.
Pagi hari mandi besar untuk berihram. Setelah makan siang, kami salat berjemaah zuhur dan asar dijamak qashar. Kami meninggalkan kamar. Waktu cepat berlalu. Kami menuju ruang muzdalifah untuk cek in dan bordingpass. Jadi, di asrama haji datang petugas dari bandara.
Setelah selesai urusan dengan dokumen perjalanan penerbangan, kami menuju bandara. Alhamdulillah, saya bersyukur akhirnya terbang menuju baitullah.
"Suamiku, terima kasih. Kau telah mewujudkan cita-cita naik haji bersamaku seperti yang kau ucapkan awal bertemu di Dusun Kandangan, Margodadi, Sayegan, Sleman."
Nah, endingnya mewek lagi, bukðŸ˜ðŸ˜. Itu awal ceritanya gimana, buk? Pas melamar langsung janji untuk berhaji bersama gitu ya, buk?
BalasHapusSuami adalah teman serumah ketika KKN. Serumah terdiri atas 5 laki laki dan 5 perempuan. Belum ada sebulan, waktu itu suami nilang, "mbak, aku pingin naik haji bareng njenengan." Saya jawab kalau bareng nggak bisa, mungkin kalau waktunya yang sama ya bisa." Katanya: ya gimana caranya agar bisa bareng. Ini orang kok nekat banget. Piye carane itu diterjemahkan dengan : menikah 4 tahun kemudian kami nikah. Trntu sajakalau suami istri bisa naik haji bareng. Hahaha
Hapus