Tanggal 12 Juni 2023 sekitar pukul 3 waktu Arab Saudi, jemaah haji kloter 59 telah sampai di Bandara King Abdul Aziz. Syukur alhamdulillah, saya dan suami menangis ketika pesawat mulai berjalan di atas landasan. Terima kasih suamiku, kau telah memenuhi janjimu untuk menunaikan ibadah haji bersamaku.
Ada sedikit kesulitan ketika cek visa secara online. Sebab, seperti pada perekaman biometrik pembuatan bio visa saudi, sidik jari sulit terdeteksi. Tetap tenang, Im! Suami yang sudah lolos menunggu di depan.
Selanjutnya kami bebersih dan wudu untuk berniat umrah. Labaika umrata.
Dari bandara menuju hotel naik bus 48. Kami salat subuh sendiri-sendiri di dalam bus. Lalu menikmati sarapan pagi. Transit di suatu tempat. Beberapa orang penduduk setempat naik bus untuk membagikan paket sedekah/hadiah.
Beberapa saat setelah tiba di hotel, jemaah kloter 59 bersiap ke Masjidil Haram untuk melaksanakan umrah. Saya tidak ikut karena keluar lendir/fleks yang meragukan. Sabar, menunggu bersih.
Alhamdulillah dari magrib, isya', dan sebelum subuh bersih. Saya ikut suami yang akan salat tahajud dan subuh di Masjidil Haram.
Oleh karena suami tidak memakai pakaian ihram, maka hanya bisa salat/thawaf dilantai 2 dan 3. Bagi laki-laki yang akan thawal di lantai 1 harus memakai kain ihram. Jadi, saya dibawa suami ke lantai 2. Saya thawaf sendiri. Sedangkan suami menunggu subuh sambil berdoa. Setiap berputar, saya sempatkan melirik tempat suami duduk. Lega rasanya melihat keberadaan suami. Pada putaran ketujuh mendekati lampu hijau, saya tak memperhatikan keberadaan suami. Akhirnya thawaf 7 putaran selesai.
Saya salat 2 rakaat, lalu menepi. Minum air zam-zam.
"Yah, posisiku di dekat lampu hijau dekat pintu besar. Ke mana aku harus berjalan menuju tempat sai?"
"Keluar pintu lalu ke kanan."
Setelah bertanya pada jemaah haji kota lain, saya mulai sai pelan-pelan. Sepi. Doa saya panjatkan. Saya nikmati prosesi umrah ini dengan hati tenang. Setelah melangkah 7 putaran untuk thawaf dengan jarak yang lumayan lebih jauh, saya menggunakan sisa energi dengan baik untuk 7 perjalanan Shafa-Marwa dan sebaliknya.
Alhamdulillah, saya bisa menyelesaikan umrah (belum tahalul) sendiri secara mandiri. Ternyata mengikuti bimbingan manasik haji memang perlu Tidak ada yang menemani, bahkan saya terpisah dari suami. Karena miskomunikasi, cukup lama saya mencari suami.
Bukannya saya bingung tapi karena saya belum tahu medannya saja. Beruntung saya tidak berjalan jauh dari Marwa. Saya bertemu Petugas PPIH Indonesia. Beliau memberi saya sandal jepit dan roti untuk sarapan. Akhirnya saya bertemu suami setelah terjadi drama yang cukup panjang. Hanya satu kuncinya, yaitu sabar dan banyak istigfar.
Umrah wajib yang sangat mengesankan.
Drama panjang dilanjutkan pada tulisan berikutnya.
00000
Setiap membaca tulisan ibuk tentang suami memenuhi janji berhaji bersama, kenapa saya jadi mewek ya, bukðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜
BalasHapusSaya bener-bener mewek saat pesawat mau turun. Ya Allah, suamiku tidak hanya mengobral janji. Benar-benar memenuhi janjinya.
HapusSemoga mbak Julia dan keluarga disegerakan ke tanah suci. Amin