Waktu masih remaja saya biasa menunaikan salat wajib di masjid. Salat wajib berjemaah di masjid atau mushala saya lakukan sampai sekarang.
Yang paling berkesan akhir-akhir ini adalah salat berjemaah bersama suami. Setahun yang lalu, mau salat berjemaah harus antre naik bus. Turun dari bus harus berjalan sejauh 500 meter menuju tempat bersujud. Salatnya langsung menghadap Kabah. Alhamdulillah.
Pulang dari salat berjemaah, saya dan suami memanfaatkan waktu untuk berjalan-jalan sambil ngobrol. Bahan pembicaraan apa saja.
Sekarang kalau di rumah pas waktu salat wajib, kami berusaha untuk salat berjemaah di masjid. Kalau ke masjid tidak naik motor, kami berjalan kaki. Sepanjang perjalanan dari rumah sampai masjid kami bergandengan tangan.
Demikian pula ketika pulang dari masjid. Suami menggandeng tangan saya. Kami berjalan-jalan tak jauh dari rumah sambil mengingat perjalanan dari tenda Mina menuju tempat lempar jamarat. Kami mengenang saat-saat di tanah suci. Tak lupa tangan kami menekan saklar lampu penerangan jalan supaya mati.
Oya, kebiasaan suami kalau dzikir lama. Kalau saya standard saja. Biasanya saya menunggu suami selesai dzikir di emperan masjid. Jemaah yang keluar masjid hafal dengan kebiasaan saya.
"Nunggu Bapak, Bu?"
"Nggih."
Ada yang menyapa, "Nunggu Om Budi, Bulik?"
"Nggih, Pakde."
Saya tahu suami bukan tipe orang yang suka mengumbar janji-janji atau menggombal. Namun, perlakuan suami yang sederhana ini kok mengisyaratkan mengajak kembali ke tanah suci untuk menunaikan umrah. Amin. Semoga Allah kembali memanggil kami.
00000
Foto di atas diambil setelah salat Subuh di Masjid Nabawi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar