Rabu, 28 Agustus 2024

Rumah Dekat Masjid Tetapi Kaki Berat Melangkah


Tulisan ini sebagai pengingat diri sendiri. Rumah saya tidak terlalu dekat masjid.


Rumah ibu dan bapak tidak dekat masjid. Ketika masih tinggal di Suryowijayan, rumah kami jauh dari masjid. Setelah pindah ke kampung Dukuh, rumah ibu dan bapak juga tidak dekat masjid. 


Rumah mertua tidak dekat masjid. Rumah yang kami tempati sekarang juga tidak dekat masjid. Dibanding para tetangga yang tinggal di perumahan, tentu saja rumah saya lebih jauh dari masjid.


Saya sering mendengar teman-teman atau kenalan saya bersyukur karena rumahnya dekat masjid. Ada yang posisi rumahnya di depan, samping, atau masjid berada di belakang rumahnya. Buka pintu, mereka hanya cukup melangkah beberapa saja sudah sampai masjid. 


Kalau kami mengobrol, saya kadang merasa iri. Namun, sudahlah. Rezeki kami rumah jauh dari masjid. Meskipun jauh dari masjid, tidak ada alasan untuk tidak salat berjemaah di masjid. Saya dan suami berusaha untuk ke masjid dengan naik motor atau berjalan kaki.


Perumahan dekat rumah anggap saja ada 100 KK (aslinya lebih). Jemaah salat wajib shaf laki-laki maksimal 3 (anak-anak sekolah tidak dihitung). Shaf perempuan 1. Berlaku waktu salat subuh, magrib, dan isya.


Ke manakah yang lain? Ujian terberat adalah melangkahkan kaki ke masjid. Sangat berat. Padahal, ada yang tinggal buka pintu lalu melangkah sejauh 5 sampai 10 meter.


Saya pernah berada pada posisi berat melangkahkan kaki ke masjid. Ada saja alasannya, di antaranya adalah pekerjaan belum selesai. Kalau sudah begitu lalu menunda-nunda salat.


Saya jadi ingat perjuangan saat berada di tanah suci. Mau salat subuh di Masjidil Haram rela berangkat jam 3 pagi. Rela antre naik bus. Dengan mata yang masih ngantuk harus berjalan kaki dari terminal sampai di depan Ka'bah. Menunggu subuh dengan qiyamul lail. Masya Allah.


Saya selalu diingatkan dengan sebutan Haji Mabrur. Harus bisa menjaga dan istiqomah salat berjemaah di masjid. Betul-betul kena tamparan bila mendengar azan tidak segera menuju masjid.


Teman-teman! Bersyukurlah kalian yang rumahnya sangat dekat masjid. Bersyukurlah kalau kamu mendengar saklar masjid lalu lampu mati sehingga terlihat masjid gelap atau sebaliknya. Bersyukurlah. Banyak orang yang ingin berada pada posisimu.


Tinggalkan aktivitasmu ketika azan berkumandang. Ambil air wudu lalu melangkahlah ke masjid. Percayalah, hanya 15 menit maksimal kamu berada di dalam masjid. Enggak lama. Kalau sekarang berat, cobalah. Paksa! Jangan sampai rumah kita dekat masjid tetapi kaki berat melangkah. 


Saya sering bilang pada suami, dulu ketika belum menikah; saya, ibu, dan bapak selalu bareng ke masjid tiap subuh, magrib, dan isya. Semoga saya dan suami bisa istiqomah. Hidup ini buat apa tah? 


00000


Foto di atas diambil saat berada di Masjid Quba, Kota Madinah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar