Minggu, 15 September 2024

Pilih Beli Motor Baru daripada Daftar Haji



Tulisan ini berdasarkan cerita dari sumber pertama. Sengaja saya tidak menyebutkan namanya. 


Seorang kenalan dulu pernah bilang ingin daftar haji. Setelah saya memberikan info cukup, kenalan saya membuka tabungan haji. Oleh karena dia punya suami maka pegawai bank menanyakan daftar haji sendiri atau dengan suami. Dia bingunh mau jawab apa. Maka dia pulang dulu. Ketika kenalan saya pulang dan bertanya pada suami, suami menjawab, "kalau kamu mau buka rekening haji ya silakan. Aku nggak nabung. Kalau ada uang 25 juta aku bayar kontan untuk setoran awal."


Setelah melalui pembicaraan yang panjang akhirnya kenalan saya dan suaminya ke bank. Buka rekening tabungan haji. Kalau ada sisa uang belanja kenalan saya mengumpulkannya lalu dibawa ke bank agar tabungan hajinya nambah saldo.


Beberapa hari yang lalu saya silaturahmi ke rumah kenalan saya. Di teras ada 4 sepeda motor. Salah satu di antaranya plat merah putih. Motor baru. Ada juga sebuah motor sedang dipakai anaknya. Total 5 buah motor.


"Motor baru, ya."

"Iya." 


Kenalan saya bercerita panjang lebar soal pembelian motor. Saya tidak menanggapi. Saya pikir aneh juga kenalan saya. Kadang mengeluh begini begitu. Kadang agak jengkel pada keluarga kecilnya. Namun, di sisi lain dia tidak konsisten dengan omongannya.


Tak apa, itu hak dia. Dia yang punya uang, dialah yang memutuskan uang itu mau digunakan untuk keperluan apa. Kadang dia menggebu-gebu ingin segera dapat nomor porsi. Di sisi lain dia membiarkan suami memutuskan sesuatu sendiri. Bahkan kenalan saya juga mengalah terhadap keinginan anak. 


Ketika saya cek, harga motor barunya adalah 28 juta. Setotan awal ONH 25 juta rupiah. Ternyata ujian orang mau naik haji itu banyak. Salah satu di antaranya adalah menunda membayar setoran awal 25 juta karena ada keinginan yang harus terpenuhi. Saya tulis keinginan, karena motor tersebut tidak terlalu dibutuhkan. Sebab, dengan anggota keluarga 5 orang, 4 buah motor sebenarnya sudah cukup. Salah satu anaknya sekolah dengan jarak antara rimah dan sekolah hanya sekitar 300 meter dapat ditempuh dengan jalan kaki.


Ah sudahlah, itu pilihannya. Lucunya nanti kenalan saya curhat kalau suaminya nggak mau menambah saldo tabungan haji. 


00000

Kamis, 12 September 2024

Setelah Tidak Melanjutkan Kuliah Pilih Daftar Haji


Tidak asal memutuskan. Saya memberikan yang terbaik buat anak-anak, terutama soal pendidikan. Setelah melalui diskusi panjang, ternyata Faiq menyerah. Untuk sementara dia merasa "cukup" lulus sarjana S1. Saya tawari untuk melanjutkan kuliah S2 tapi Faiq tidak mau. Alasannya sederhana, "Mau istirahat. Kalau kuliah lagi harus mikir."


Saya tahu Faiq bukan tipe kutu buku dan peneliti. Sejak kecil sudah suka berbisnis. Jadi, sejak kecil sudah terbiasa menghasilkan uang dari berjualan. Daripada lanjut kuliah tapi fokus berjualan, ya sudah saya penuhi keinginannya untuk fokus cari uang. Kerjanya juga cuma di rumah. Buka toko sesuka hatinya. Jadi, sementara penghasilannya cukup untuk makan dan untuk keperluan sehari-hari. Sebagian uangnya ditabung.


Karena tidak lanjut kuliah S2, saya menawarkan "akhirat". Dulu waktu kuliah S1 UKT per semester yang harus dibayarkan tujuh juta. Anggap saja 4 semester UKT yang dibayarkan 28 juta. Nah, seharusnya dana untuk bayar UKT lalu digunakan untuk membayar setoran awal daftar haji sebesar dua puluh lima juta rupiah.


Faiq setuju. Saya pikir, kalau akademiknya nggak menonjol amat ya akhiratnya dikejar. Kebetulan saya dan suami satu frekuensi. Faiq dan Faiz sudah paham bagaimana ayah dan mama nggak berlebihan untuk urusan dunia. Jadi, serumah sudah ada kesepakatan hati. Hehe. Kami terbiasa tidak membicarakan harta benda yang sifatnya hanya gebyar di mata. 


Semoga di masa yang akan datang Faiq bisa melanjutkan kuliah dengan biaya sendiri, tidak tergantung orang tua. Yang penting dunianya dapat, akhiratnya dapat. Mencari penghidupan di dunia, tapi tidak melalaikan akhirat.


0000

Rabu, 11 September 2024

Daftar Haji Sekarang di Kabupaten Karanganyar Masa Tunggu 32 Tahun


Sepulang dari tanah suci saya dan suami punya niat untuk mendaftarkan dua anak kami untuk berhaji. Seandainya uangnya belum cukup minimal punya niat dahulu. Tidak sekadar niat yang diucapkan dengan lisan saja, saya dan suami mengajak keduanya ke Bank Jateng Syariah untuk membuka rekening Tabung Haji. Syukur alhamdulillah, Bulan Januari 2024 Faiq dan Faiz sudah memiliki saldo lima ratus ribu rupiah.


Bagi saya dan suami buat naik haji anak-anak bisa diusahakan atau dipaksakan dengan menyisihkan beberapa rupiah dari gaji suami. Yang penting setoran awal dua puluh lima juta rupiah terpenuhi agar mendapatkan nomor porsi. Soal kapan berangkat memang harus sabar mengantre.


Dua anak, Faiq (24 tahun) dan Faiz (14 tahun), kami kumpulkan. Mereka kami beri pengertian. Mereka paham yang kami maksud.


"Jadi, kakak dulu yang didaftarkan. Nanti kalau urusan keuangan kakak sudah selesai, baru Faiz menyusul."

"Berarti nggak bareng berangkatnya?"

"Di masa yang akan datang, mungkin kakak berangkat dengan suami, Faiz dengan istri."

"Nggak apa Iz. Umur kakak selisihnya jauh dari kamu. Semoga rezekinya ayah lancar, biar kamu bisa segera nyusul dapat nomor porsi."


Bulan Agustus tabungan Faiq diisi lagi. Total saldo Rp.25.500.000,00. Jadi, bisa segera dapat nomor porsi. Sayang, Faiq repot sehingga belum bisa mengurus administrasi ke bank dan kantor kemenag. 


Tanggal 10 September, Faiq meluangkan waktu di Karanganyar. Saya mengantar dan mendampingi Faiq ke bank. Dokumen yang dibutuhkan adalah 2 lembar meterai @10.000, salinan kartu keluarga (KK), salinan KTP, dan salinan akta kelahiran.  Faiq mengisi formulir pendaftaran. Setelah selesai diminta untuk menunggu dokumen yang akan dibuat. Dokumen tersebut nantinya dibawa ke kantor kemenag dan diproses.


Cukup lama mengantre di bank karena banyak anak-anak sekolah yang mengurus beasiswa dan nasabah umum mengambil tabungan. 


Akhirnya dokumen telah selesai dibuat. Seorang karyawan memberikan penjelasan. Saya cukup paham. Alhamdulillah, satu tahapan selesai. Saya dan Faiq mengucapkan terima kasih lalu keluar dari kantor bank.


Gerimis kecil mengiringi perjalanan kami menuju kantor kemenag. Sekitar 5 menit perjalanan akhirnya saya dan Faiq tiba di kantor kemenag. Saya mengutarakan tujuan kepada petugas kemenag. Syarat-syarat yang dibutuhkan sama dengan di bank. Petugas kemenag menerangkan prosedur pendaftaran haji. Ternyata mendaftar haji bisa dilakukan di rumah melalui aplikasi Haji Pintar. 


Faiq mendownload aplikasi Haji Pintar. Dibantu petugas Faiq mencoba membuka-buka yang ada di aplikasi. Dokumen yang dibutuhkan berupa scan diupload. Demikian juga foto diupload.


Faiq memutuskan untuk mengerjakan semua di rumah karena belum punya foto yang cakep tersimpan di hp. Alhamdulillah, proses mengunggah dokumen, foto, dan mengisi data selesai.


Sore harinya Faiq kembali ke rumah Yogyakarta. Sudah 5 tahun Faiq tinggal di Yogyakarta. Sebelum meninggalkan rumah Faiq bilang, "makasih ya, Ma. Mama sehat-sehat ya."

"Jangan tinggalkan salat, nok."


Tanggal 11 September ini, proses pendaftaran disetujui. Faiq mengirimkan bukti lewat hp. Alhamdulillah, Faiq sudah mendapatkan nomor porsi. Masa tunggunya sekitar 32 tahun. Jadi, estimasi berangkat ke tanah suci untuk menunaikan ibadah haji tahun 2056. Lama ya... semoga diberi umur panjang dan sehat. Artinya umur 56 tahun Faiq berangkat haji. Nggak apa, nok. Mama dan ayah umur 52 dan 53 tahun baru naik haji.


Semoga ada rezeki untuk berangkat umroh bareng sekeluarga. Amin. 


Pesan saya pada Faiq: nok, menjadi lebih baik, lebih sholehah. Semoga keinginan dan cita-cita dikabulkan Allah. 


00000


Tulisaan ini untuk memotivasi tiap pembaca yang punya keinginan naik haji.  





Rabu, 04 September 2024

WARISAN


Saya tertawa kalau mendengar sekelompok orang yang asyik membicarakan warisan. Maklum, saya berasal dari keluarga tipis dan minimalis. Jadi, nggak usah ngarep warisan. Orang tua nggak punya utang saja syukur alhamdulillah.

Kalau bicara soal warisan, kita membayangkan adanya harta berupa tanah atau benda yang bisa dibagi. Sebelum harta dibagi, tentu harus diselesaikan dulu utang-utangnya. Setelah semua utang dilunasi, harta dibagi menurut perincian, wasiat dan warisan. 

Yang mendapatkan wasiat bukan ahli waris. Wasiat juga dibatasi ya. Beda lagi hibah. Hibah diberikan saat pemilik harta masih hidup.

Warisan dibagi menurut hukum Islam. 
 

Saya tidak ngarep warisan dari orang tua. Bisa beli tanah dan rumah sendiri ya alhamdulillah. Seandainya orang tua punya harta yang diwariskan, tentu saja jangan sampai menimbulkan konflik antara kakak adik.


Kalau orang tua punya harta yang akan diwariskan hanya sedikit, biasanya salah satu anak rela mengganti dengan uang untuk saudara lainnya. Orang Jawa menyebut norokki. Artinya harta tersebut dibeli salah satu penerima warisan. Uang yang ada sesuai kesepakatan dibagi.  Atau harta tersebut dijual ke orang luar. Uang hasil penjualan dibagi.


Warisan itu ibaratnya rezeki nomplok. Jangan sampai ada rebutan warisan, warisan membawa petaka, gara-gara warisan putus hubungan persaudaraan. 


00000