Jumat, 24 Januari 2025

Jangan Saling Mendiamkan Terhadap Tetangga



Tetangga adalah saudara terdekat kita. Meskipun bukan saudara kandung atau kerabat dekat tapi kedekatan kita dengan tetangga mungkin melebihi kedekatan kita dengan saudara kandung. 


Misalnya malam-malam seorang istri di rumah hanya dengan anak-anak karena suami ada urusan di luar kota sampai beberapa hari. Tiba-tiba anaknya sakit, kejang-kejang. Tentu saja kita akan minta tolong tetangga. Kemungkinan kecil minta bantuan saudara kandung yang rumahnya jauh (beda kampung, apalagi beda kota). Kalau sifatnya darurat, pasti tetangga terdekat yang akan kita mintai tolong.


Untuk itu, bersikap baiklah pada tetangga. Sopan santun perilaku, lembut tutur kata, dan membuat tetangga nyaman dengan keberadaan kita. Sesekali ada gesekan atau problem kecil karena salah paham, hal itu biasa terjadi. Tak perlu dibesar-besarkan. Segera berbaikan, lalu bersikap wajar saja.


Tak perlu berantem, padu, cekcok, gampang emosi, bahkan jothakan alias saling mendiamkan. Menyapa tetangga dengan muka manis, tak perlu cemberut, atau bermuka kecut. Apalagi tidak bertegur sapa sampai bertahun-tahun terhadap tetangga terdekat yang rumahnya berhadapan dengan rumah kita.


Bayangkan, ketika mau pergi, kita buka pintu rumah. Kebetulan tetangga yang kita diamkan juga keluar rumah. Kira-kira jadi salah tingkah semua. Yang paling ekstrem, bertemu di masjid untuk salat berjemaah. Kebetulan jemaah perempuan cuma berdua, jejer pula. Apa ya mau saling diam setelah salam?


Atau kita tidak jadi salat berjemaah gara-gara bertemu dengan orang yang tidak kita suka. Hidup kita jangan dibuat ribet.


Ingatlah sebuah nasihat seperti ini. A dan B bertetangga. Mereka tidak akur, tidak saling bertegur sapa. A adalah orang yang berpengaruh. Kebetulan A dikelilingi dan bergaul dengan teman sefrekuensi. B ibu rumah tangga dan orang rumahan.


Suatu hari A meninggal dunia. Saat itu teman-teman A tidak ada yang bisa ikut mengurus jenazah karena ada keperluan. Mau tak mau B harus ikut mengurus jenazah A. Kesimpulannya: kita membutuhkan orang lain. Ketika kita telah tak bernyawa, orang lainlah yang akan memandikan, mengkafani, menyalatkan, dan menguburkan. Tidak mungkin kita akan menggelinding sendiri menuju makam.


Apakah ada cerita di atas? Ada dong! 


00000

Tidak ada komentar:

Posting Komentar